Senin, 02 April 2012

Makalah Perkembangan Peserta Didik : Tentang Perkembangan Remaja

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Selama rentang kehidupan manusia, telah terjadi banyak pertumbuhan dan perkembangan dari mulai lahir sampai dengan meninggal dunia. Dari semua fase perkembangan manusia tersebut, salah satu yang paling penting dan paling menjadi pusat perhatian adalah masa remaja. Para orang tua, pendidik dan para tenaga profesional lainnya mencoba untuk menerangkan dan melakukan pendekatan yang efektif untuk menangani para remaja ini. Lalu ada apakah di masa remaja ini? Seberapa besarkah pentingnya untuk menangani masa remaja dan seberapa besar pengaruhnya untuk kehidupan dimasa depan individu tersebut? Masa remaja yang dimaksudkan merupakan periode transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa. Batasan usianya tidak ditentukan dengan jelas, sehingga banyak ahli yang berbeda dalam penentuan rentang usianya. Namun, secara umum dapat dikatakan bahwa masa remaja berawal dari usia 12 sampai dengan akhir usia belasan ketika pertumbuhan fisik hampir lengkap. Salah satu pakar psikologi perkembangan Elizabeth B. Hurlock (1980) menyatakan bahwa masa remaja ini dimulai pada saat anak mulai matang secara seksual dan berakhir pada saat ia mencapai usia dewasa secara hukum Banyaknya permasalahan dan krisis yang terjadi pada masa remaja ini menjadikan banyak ahli dalam bidang psikologi perkembangan menyebutnya sebagai masa krisis. Pada masa ini perubahan terjadi sangat drastis dan mengakibatkan terjadinya kondisi yang serba tanggung dan diwarnai oleh kondisi psikis yang belum mantap, selain dari pada itu periode ini pun dinilai sangat penting bahkan Erik Erikson (1998) menyatakan bahwa seluruh masa depan individu sangat tergantung pada penyelesaian krisis pada masa ini. Hal itulah yang mendasari penulis untuk mengangkat topik mengenai perkembangan remaja. Agar para remaja lebih mengetahui bagaimana menjadi remaja yang baik yang dapat menyelesaikan semua krisis pada masa ini dan siap untuk melangkah ke masa selanjutnya yaitu masa dewasa. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Apa yang dimaksud dengan perkembangan? 2. Apa makna dari masa remaja? 3. Apa yang dimaksud dengan perkembangan remaja? 4. Hal-hal apa sajakah yang perlu diketahui tentang perkembangan remaja? C. Tujuan Secara umum tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini Untuk mengetahui lebih dalam tentang hal-hal yang berkaitan dengan perkembangan remaja, kemudian secara khusus penelitian ini bertujuan: 1. Sebagai Pemenuhan tugas makalah mata kuliah Perkembangan Peserta Didik. 2. Sebagai bahan diskusi mata kuliah Perkembangan Peserta Didik. BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Perkembangan Perkembangan adalah suatu proses perubahan secara psikis dan fisik yang menunjuk pada kualitas yang terjadi pada suatu waktu sebagai fungsi kematangan dan interaksi dengan lingkungan yg berawal pada masa konsepsi dan terus berlanjut sepanjang hayat dan bersifat involusi. Istilah perkembangan lebih dapat mencerminkan sifat-sifat yang khas mengenai gejala-gejala psikologis yang menampak, seperti aspek-aspek intelek, emosi, sosial,bahasa, bakat khusus, nilai dan moral, serta sikap. Libert, Paulus, dan Strauss menyatakan bahwa perkembangan adalah proses perubahan dalam pertumbuhan pada suatu waktu sebagai fungsi kematangan dan interaksi dengan lingkungan. Istilah perkembangan lebih dapat mencerminkan sifat-sifat yang khas mengenai gejala-gejala psikologis yang menampak. B. Makna Masa Remaja Kata “remaja” berasal dari bahasa latin yaitu adolescere yang berarti to grow atau to grow maturity (Golinko, 1984 dalam Rice, 1990). Banyak tokoh yang memberikan definisi tentang remaja, seperti DeBrun (dalam Rice, 1990) mendefinisikan remaja sebagai periode pertumbuhan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Papalia dan Olds (2001) tidak memberikan pengertian remaja (adolescent) secara eksplisit melainkan secara implisit melalui pengertian masa remaja (adolescence). Menurut Papalia dan Olds (2001), masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun. Menurut Adams & Gullota (dalam Aaro, 1997), masa remaja meliputi usia antara 11 hingga 20 tahun. Sedangkan Hurlock (1990) membagi masa remaja menjadi masa remaja awal (13 hingga 16 atau 17 tahun) dan masa remaja akhir (16 atau 17 tahun hingga 18 tahun). Masa remaja awal dan akhir dibedakan oleh Hurlock karena pada masa remaja akhir individu telah mencapai transisi perkembangan yang lebih mendekati masa dewasa. Papalia & Olds (2001) berpendapat bahwa masa remaja merupakan masa antara kanak-kanak dan dewasa. Sedangkan Anna Freud (dalam Hurlock, 1990) berpendapat bahwa pada masa remaja terjadi proses perkembangan meliputi perubahan-perubahan yang berhubungan dengan perkembangan psikoseksual, dan juga terjadi perubahan dalam hubungan dengan orangtua dan cita-cita mereka, dimana pembentukan cita-cita merupakan proses pembentukan orientasi masa depan. Pada umumnya masa remaja didefinisikan sebagai masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa yang berjalan antara umur 12 tahun sampai 21 tahun. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak berakhir, ditandai oleh pertumbuhan fisik cepat. Pertumbuhan cepat yang terjadi pada tubuh remaja luar dan dalam itu, membawa akibat yang tidak sedikit terhadap sikap, perilaku, kesehatan serta kepribadian remaja. (Darajat Zakiah, Remaja harapan dan tantangan: 8). Hal inilah yang membawa para pakar pendidikan dan psikologi condong untuk menamakan tahap-tahap peralihan tersebut dalam kelompok tersendiri, yaitu remaja yang merupakan tahap peralihan dari kanak-kanak, serta persiapan untuk memasuki masa dewasa. Biasanya remaja belum dianggap sebagai anggota masyarakat yang perlu didengar dan dipertimbangkan pendapatnya serta dianggap bertanggung jawab atas dirinya. Terlebih dahulu mereka perlu menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi dalam kapasitas tertentu, serta mempunyai kemantapan emosi, sosial dan kepribadian. Dalam pandangan Islam seorang manusia bila telah akhil baligh, maka telah bertanggung jawab atas setiap perbuatannya. Jika ia berbuat baik akan mendapat pahala dan apabila melakukan perbuatan tidak baik akan berdosa. Masa remaja merupakan masa dimana timbulnya berbagai kebutuhan dan emosi serta tumbuhnya kekuatan dan kemampuan fisik yang lebih jelas dan daya fikir menjadi matang. Namun masa remaja penuh dengan berbagai perasaan yang tidak menentu, cemas dan bimbang, dimana berkecambuk harapan dan tantangan, kesenangan dan kesengsaraan, semuanya harus dilalui dengan perjuangan yang berat, menuju hari depan dan dewasa yang matang. Secara psikologis, masa remaja adalah usia dimana individu berintelegensi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak. Integrasi dalam masyarakat (dewasa) mempunyai banyak aspek efektif, kurang lebih berhubungan dengan masa puber. Termasuk juga perubahan intelektual yang mencolok. Transformasi intelektual yang khas dari cara berfikir remaja ini memungkinkannya untuk mencapai integrasi dalam hubungan sosial orang dewasa, yang kenyataannya merupakan ciri khas yang umum dari periode perkembangan ini. Fase remaja merupakan perkembangan individu yang sangat penting, yang diawali dengan matangnya organ-organ fisik (seksual) sehingga mampu bereproduksi. Menurut Konpka (Pikunas, 1976) masa remaja ini meliputi (a) remaja awal: 12-15 tahun; (b) remaja madya: 15-18 tahun; (c) remaja akhir: 19-22 tahun. Sementara Salzman mengemukakan, bahwa remaja merupakan masa perkembangan sikap tergantung (dependence) terhadap orang tua ke arah kemandirian (independence), minat-minat seksual, perenungan diri, dan perhatian terhadap nilai-nilai estetika dan isu-isu moral. Dalam budaya Amerika, periode remaja ini dipandang sebagai “Strom dan Stress”, frustasi dan penderitaan, konflik dan krisis penyesuaian, mimpi dan melamun tentang cinta, dan perasaan teralineasi (tersisihkan) dari kehidupan sosial budaya orang dewasa (Lustin Pikunas, 1976). C. Perkembangan Remaja Perkembangan remaja adalah suatu proses perubahan secara psikis dan fisik yang yang dialami oleh seorang individu yang sedang dalam fase remaja sebagai fungsi kematangan dan interaksi dengan lingkungan. Adapun hal-hal yang harus diketahui mengenai perkembangan remaja akan dijelaskan secara terperinci sebagai berikut. 1. Periodisasi Perkembangan Remaja Secara teoritis beberapa tokoh psikologi mengemukakan tentang batas-batas umur remaja, tetapi dari sekian banyak tokoh yang mengemukakan tidak dapat menjelaskan secara pasti tentang batasan usia remaja karena masa remaja ini adalah masa peralihan. Pada umumnya masa remaja dapat dibagi dalam 2 periode yaitu: a. Periode Masa Puber usia 12-18 tahun 1) Masa Pra Pubertas: peralihan dari akhir masa kanak-kanak ke masa awal pubertas. Cirinya: a) Anak tidak suka diperlakukan seperti anak kecil lagi b) Anak mulai bersikap kritis 2) Masa Pubertas usia 14-16 tahun: masa remaja awal. Cirinya: a) Mulai cemas dan bingung tentang perubahan fisiknya b) Memperhatikan penampilan c) Sikapnya tidak menentu/plin-plan d) Suka berkelompok dengan teman sebaya dan senasib 3) Masa Akhir Pubertas usia 17-18 tahun: peralihan dari masa pubertas ke masa adolesen. Cirinya: a) Pertumbuhan fisik sudah mulai matang tetapi kedewasaan psikologisnya belum tercapai sepenuhnya b) Proses kedewasaan jasmaniah pada remaja putri lebih awal dari remaja pria a. Periode Remaja Adolesen usia 19-21 tahun Merupakan masa akhir remaja. Beberapa sifat penting pada masa ini adalah: 1) perhatiannya tertutup pada hal-hal realistis 2) mulai menyadari akan realitas 3) sikapnya mulai jelas tentang hidup 4) mulai nampak bakat dan minatnya 2. Karakteristik Perkembangan Remaja Sebagai periode yang paling penting, masa remaja ini memiliki karakterisitik yang khas baik secara fisik, maupun psikologis jika dibanding dengan periode-periode perkembangan lainnya. Adapun rinciannya adalah sebagai berikut. a. Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada masa remaja awal yang dikenal dengan sebagai masa storm & stress. Peningkatan emosional ini merupakan hasil dari perubahan fisik terutama hormon yang terjadi pada masa remaja. Dari segi kondisi sosial, peningkatan emosi ini merupakan tanda bahwa remaja berada dalam kondisi baru yang berbeda dari masa sebelumnya. Pada masa ini banyak tuntutan dan tekanan yang ditujukan pada remaja, misalnya mereka diharapkan untuk tidak lagi bertingkah seperti anak-anak, mereka harus lebih mandiri dan bertanggung jawab. Kemandirian dan tanggung jawab ini akan terbentuk seiring berjalannya waktu, dan akan nampak jelas pada remaja akhir yang duduk di awal-awal masa kuliah. b. Perubahan yang cepat secara fisik yang juga disertai kematangan seksual. Terkadang perubahan ini membuat remaja merasa tidak yakin akan diri dan kemampuan mereka sendiri. Perubahan fisik yang terjadi secara cepat, baik perubahan internal seperti sistem sirkulasi, pencernaan, dan sistem respirasi maupun perubahan eksternal seperti tinggi badan, berat badan, dan proporsi tubuh sangat berpengaruh terhadap konsep diri remaja. c. Perubahan dalam hal yang menarik bagi dirinya dan hubungan dengan orang lain. Selama masa remaja banyak hal-hal yang menarik bagi dirinya dibawa dari masa kanak-kanak digantikan dengan hal menarik yang baru dan lebih matang. Hal ini juga dikarenakan adanya tanggung jawab yang lebih besar pada masa remaja, maka remaja diharapkan untuk dapat mengarahkan ketertarikan mereka pada hal-hal yang lebih penting. Perubahan juga terjadi dalam hubungan dengan orang lain. Remaja tidak lagi berhubungan hanya dengan individu dari jenis kelamin yang sama, tetapi juga dengan lawan jenis, dan dengan orang dewasa. d. Perubahan nilai, dimana apa yang mereka anggap penting pada masa kanak-kanak menjadi kurang penting karena sudah mendekati dewasa. e. Kebanyakan remaja bersikap ambivalen dalam menghadapi perubahan yang terjadi. Di satu sisi mereka menginginkan kebebasan, tetapi di sisi lain mereka takut akan tanggung jawab yang menyertai kebebasan tersebut, serta meragukan kemampuan mereka sendiri untuk memikul tanggung jawab tersebut. f. Seiring perkembangan dan pertumbuhan fisik bagian luar, terjadi pula perubahan dan perkembangan di dalam tubuhnya. Kelenjar kanak-kanaknya telah berakhir, berganti dengan kelenjar endokrin yang memproduksi hormon, sehingga menggalakan Pertumbuhan organ seks yang tumbuh menuju kesempurnaan. Organ seks menjadi besar disertai dengan kemampuannya untuk melaksanakan fungsinya. Pada remaja putri terjadi pembesaran payudara dan pembesaran pinggul. Di samping itu meningkat pula dengan cepat berat dan tinggi badan. Sedangkan pada remaja pria mulai kelihatan (membesar) jakun di lehernya dan suara menjadi sengau / berat. Di samping itu bahunya bertambah lebar dan mulai tumbuh bulu di ketiak dan di atas bibir atasnya (kumis). Satu tanda Kematangan seksual dengan jelas pada remaja putri tetapi hanya diketahui oleh yang bersangkutan saja, yaitu terjadinya datang bulan / haid dan pada remaja putera mimpi basah. Tanda-tanda permulaan Kematangan seksual tidak berarti bahwa secara langsung terjadi kemampuan reproduksi. 3. Lingkungan yang Mempengaruhi Perkembangan Remaja Pada dasarnya penyesuaian diri melibatkan individu dengan lingkungannya dan akan memperngaruhi perkembangan individu itu sendiri, pada penulisan ini beberapa lingkungan yang dianggap dapat memberikan pengaruh yang cukup sehat bagi perkembangan remaja, diantaranya adalah sebagai berikut: a. Lingkungan Keluarga Semua konflik dan tekanan yang ada dapat dihindarkan atau dipecahkan bila individu dibesarkan dalam keluarga dimana terdapat keamanan, cinta, respek, toleransi dan kehangatan. Dengan demikian penyesuaian diri akan menjadi lebih baik bila dalam keluarga individu merasakan bahwa kehidupannya berarti. Rasa dekat dengan keluarga adalah salah satu kebutuhan pokok bagi perkembangan jiwa seorang individu. Dalam prakteknya banyak orangtua yang mengetahui hal ini namun mengabaikannya dengan alasan mengejar karir dan mencari penghasilan yang besar demi memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga dan menjamin masa depan anak-anak. Hal ini seringkali ditanggapi negatif oleh anak dengan merasa bahwa dirinya tidak disayangi, diremehkan bahkan dibenci. Bila hal tersebut terjadi berulang-ulang dalam jangka waktu yang cukup panjang (terutama pada masa kanak-kanak) maka akan sangat berpengaruh terhadap kemampuan individu dalam menyesuaikan diri di kemudian hari. Meskipun bagi remaja hal ini kurang berpengaruh, karena remaja sudah lebih matang tingkat pemahamannya, namun tidak menutup kemungkinan pada beberapa remaja kondisi tersebut akan membuat dirinya tertekan, cemas dan stres. Berdasarkan kenyataan tersebut diatas maka pemenuhan kebutuhan anak akan rasa kekeluargaan harus diperhatikan. Orang tua harus terus berusaha untuk meningkatkan kualitas pengasuhan, pengawasan dan penjagaan pada anaknya; jangan semata-mata menyerahkannya pada pembantu. Jangan sampai semua urusan makan dan pakaian diserahkan pada orang lain karena hal demikian dapat membuat anak tidak memiliki rasa aman. Lingkungan keluarga juga merupakan lahan untuk mengembangkan berbagai kemampuan, yang dipelajari melalui permainan, senda gurau, sandiwara dan pengalaman-pengalaman sehari-hari di dalam keluarga. Tidak diragukan lagi bahwa dorongan semangat dan persaingan antara anggota keluarga yang dilakukan secara sehat memiliki pengaruh yang penting dalam perkembangan kejiwaan seorang individu. Oleh sebab itu, orangtua sebaiknya jangan menghadapkan individu pada hal-hal yang tidak dimengerti olehnya atau sesuatu yang sangat sulit untuk dilakukan olehnya, sebab hal tersebut memupuk rasa putus asa pada jiwa individu tersebut. Dalam keluarga individu juga belajar agar tidak menjadi egois, ia diharapkan dapat berbagi dengan anggota keluarga yang lain. Individu belajar untuk menghargai hak orang lain dan cara penyesuaian diri dengan anggota keluarga, mulai orang tua, kakak, adik, kerabat maupun pembantu. Kemudian dalam lingkungan keluarga individu mempelajari dasar dari cara bergaul dengan orang lain, yang biasanya terjadi melalui pengamatan terhadap tingkah laku dan reaksi orang lain dalam berbagai keadaan. Biasanya yang menjadi acuan adalah tokoh orang tua atau seseorang yang menjadi idolanya. Oleh karena itu, orangtua pun dituntut untuk mampu menunjukkan sikap-sikap atau tindakan-tindkan yang mendukung hal tersebut. Dalam hasil interaksi dengan keluarganya individu juga mempelajari sejumlah adat dan kebiasaan dalam makan, minum, berpakaian, cara berjalan, berbicara, duduk dan lain sebagainya. Selain itu dalam keluarga masih banyak hal lain yang sangat berperan dalam proses pembentukan kemampuan penyesuaian diri yang sehat, seperti rasa percaya pada orang lain atau diri sendiri, pengendalian rasa ketakutan, toleransi, kefanatikan, kerjasama, keeratan, kehangatan dan rasa aman karena semua hal tersebut akan berguna bagi masa depannya. b. Lingkungan Teman Sebaya Begitu pula dalam kehidupan pertemanan, pembentukan hubungan yang erat diantara kawan-kawan semakin penting pada masa remaja dibandingkan masa-masa lainnya. Suatu hal yang sulit bagi remaja menjauh dari temannya, individu mencurahkan kepada teman-temannya apa yang tersimpan di dalam hatinya, dari angan-angan, pemikiran dan perasaan. Ia mengungkapkan kepada mereka secara bebas tentang rencananya, cita-citanya dan dorongan-dorongannya. Dalam semua itu individu menemukan telinga yang mau mendengarkan apa yang dikatakannya dan hati yang terbuka untuk bersatu dengannya. Dengan demikian pengertian yang diterima dari temanya akan membantu dirinya dalam penerimaan terhadap keadaan dirinya sendiri, ini sangat membantu diri individu dalam memahami pola-pola dan ciri-ciri yang menjadikan dirinya berbeda dari orang lain. Semakin mengerti ia akan dirinya maka individu akan semakin meningkat kebutuhannya untuk berusaha untuk menerima dirinya dan mengetahui kekuatan dan kelemahannya. Dengan demikian ia akan menemukan cara penyesuaian diri yang tepat sessuai dengan potensi yang dimilikinya. c. Lingkungan Sekolah Sekolah mempunyai tugas yang tidak hanya terbatas pada masalah pengetahuan dan informasi saja, akan tetapi juga mencakup tanggungjawab pendidikan secara luas. Demikian pula dengan guru, tugasnya tidak hanya mengajar, tetapi juga berperan sebagai pendidik yang menjadi pembentuk masa depan, ia adalah langkah pertama dalam pembentukan kehidupan yang menuntut individu untuk menyesuaikan dirinya dengan lingkungan. Pendidikan modern menuntut guru atau pendidik untuk mengamati perkembangan individu dan mampu menyusun sistem pendidikan sesuai dengan perkembangan tersebut. Dalam pengertian ini berarti proses pendidikan merupakan penciptaan penyesuaian antara individu dengan nilai-nilai yang diharuskan oleh lingkungan menurut kepentingan perkembangan dan spiritual individu. Keberhasilan proses ini sangat bergantung pada cara kerja dan metode yang digunakan oleh pendidik dalam penyesuaian tersebut. Jadi disini peran guru sangat berperan penting dalam pembentukan kemampuan penyesuaian diri individu. Pendidikan remaja hendaknya tidak didasarkan atas tekanan atau sejumlah bentuk kekerasan dan paksaan, karena pola pendidikan seperti itu hanya akan membawa kepada pertentangan antara orang dewasa dengan anak-anak sekolah. Jika para remaja merasa bahwa mereka disayangi dan diterima sebagai teman dalam proses pendidikan dan pengembangan mereka, maka tidak akan ada kesempatan untuk terjadi pertentangan antar generasi. 4. Tuntutan Psikologi Perkembangan Remaja Sebagian besar pakar psikologi setuju, bahwa jika berbagai tuntutan psikologis yang muncul pada tahap perkembangan manusia tidak berhasil dipenuhi, maka akan muncul dampak yang secara signifikan dapat menghambat kematangan psikologisnya di tahap-tahap yang lebih lanjut. Berikut ini merupakan berbagai tuntutan psikologis yang muncul di tahap remaja a. Remaja dapat menerima keadaan fisiknya dan dapat memanfaatkannya secara efektif Sebagian besar remaja tidak dapat menerima keadaan fisiknya. Hal tersebut terlihat dari penampilan remaja yang cenderung meniru penampilan orang lain atau tokoh tertentu. Misalnya si Dewi merasa kulitnya tidak putih seperti bintang film, maka Dewi akan berusaha sekuat tenaga untuk memutihkan kulitnya. Perilaku Dewi yang demikian tentu menimbulkan masalah bagi dirinya sendiri dan orang lain. Mungkin Dewi akan selalu menolak bila diajak ke pesta oleh temannya sehingga lama-kelamaan Dewi tidak memiliki teman, dan sebagainya. b. Remaja dapat memperoleh kebebasan emosional dari orang tua Usaha remaja untuk memperoleh kebebasan emosional sering disertai perilaku “pemberontakan” dan melawan keinginan orang tua. Bila tugas perkembangan ini sering menimbulkan pertentangan dalam keluarga dan tidak dapat diselesaikan di rumah , maka remaja akan mencari jalan keluar dan ketenangan di luar rumah. Tentu saja hal tersebut akan membuat remaja memiliki kebebasan emosional dari luar orangtua sehingga remaja justru lebih percaya pada teman-temannya yang senasib dengannya. Jika orang tua tidak menyadari akan pentingnya tugas perkembangan ini, maka remaja Anda dalam kesulitan besar. Hal yang sama juga dilakukan remaja terhadap orang-orang ‘yang dianggap sebagai pengganti orang tua’, guru misalnya. c. Remaja mampu bergaul lebih matang dengan kedua jenis kelamin Pada masa remaja, remaja sudah seharusnya menyadari akan pentingnya pergaulan. Remaja yang menyadari akan tugas perkembangan yang harus dilaluinya adalah mampu bergaul dengan kedua jenis kelamin maka termasuk remaja yang sukses memasuki tahap perkembangan ini. Ada sebagaian besar remaja yang tetap tidak berani bergaul dengan lawan jenisnya sampai akhir usia remaja. Hal tersebut menunjukkan adanya ketidakmatangan dalam perkembangan remaja tersebut. d. Mengetahui dan menerima kemampuan sendiri Banyak remaja yang belum mengetahui kemampuannya. Bila remaja ditanya mengenai kelebihan dan kekurangannya pasti mereka akan lebih cepat menjawab tentang kekurangan yang dimilikinya dibandingkan dengan kelebihan yang dimilikinya. Hal tersebut menunjukkan bahwa remaja tersebut belum mengenal kemampuan dirinya sendiri. Bila hal tersebut tidak diselesaikan pada masa remaja ini tentu saja akan menjadi masalah untuk perkembangan selanjutnya (masa dewasa atau bahkan sampai tua sekalipun). e. Memperkuat penguasaan diri atas dasar skala nilai dan norma Skala nilai dan norma biasanya diperoleh remaja melalui proses identifikasi dengan orang yang dikaguminya terutama dari tokoh masyarakat maupun dari bintang-bintang yang dikaguminya. Dari skala nilai dan norma yang diperolehnya akan membentuk suatu konsep mengenai harus menjadi seperti siapakah “aku” ?, sehingga hal tersebut dijadikan pegangan dalam mengendalikan gejolak dorongan dalam dirinya. Maka penting bagi orang tua dan orang-orang ‘yang dianggap sebagai pengganti orang tua’ untuk mampu menjadikan diri mereka sendiri sebagai idola bagi para remaja tersebut. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Perkembangan remaja adalah suatu proses perubahan secara psikis dan fisik yang yang dialami oleh seorang individu yang sedang dalam fase remaja sebagai fungsi kematangan dan interaksi dengan lingkungan. Adapun hal-hal yang harus diketahui mengenai perkembangan remaja seperti periodisasi perkembangan remaja, karakteristik perkembangan remaja, lingkungan yang mempengaruhi perkembangan remaja, dan tuntutan psikologi perkembangan remaja. B. Saran Sebagai tindak lanjut dari penulisan makalah ini, kami memiliki beberapa saran antara lain sebagai berikut. 1. Sebagai seorang remaja, jadikan agama dan keimanan sebagai alat untuk membatasi atau mengontrol diri dalam bertindak. 2. Bagi para remaja, terkhusus pada remaja perempuan diharapkan untuk bisa menjaga diri, kehormatan kesucian dan nama baik dirinya sendiri, keluarga, agama, almamater dan daerah asalnya serta bangsanya. 3. Sebagai remaja sekaligus generasi penerus bangsa, marilah kita menjadi insan yang mandiri, kreatif, dan bermoral agar terciptanya insan yang dapat memajukan negeri ini. DAFTAR PUSTAKA Kristiono. 2010. Perkembangan Psikologi Remaja. (online), (www.makalahkumakalahmu.wordpress.com, diakses tanggal 1 Oktober 2011) Mutadin, Zainun. 2002. Penyesuaian Diri Remaja. (Online), (www.sadiyahuinpai4e.blogspot.com, diakses tanggal 1 Oktober 2011) Yulianti, Evi. 2008. Tugas Perkembangan Remaja. (online), (www.Kumpulblogger.com, diakses tanggal 1 Oktober 2011) Yusuf , Syamsu. 2004. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Perbedaan Perkembangan dan Pertumbuhan Peserta Didik

PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK 1. Pengertian Perkembangan Peserta Didik Perkembangan peserta didik adalah proses perubahan secara psikis dalam pertumbuhan peserta didik yang terjadi pada suatu waktu sebagai fungsi kematangan dan interaksi dengan lingkungan yg berawal pada masa konsepsi dan terus berlanjut sepanjang hayat dan bersifat involusi. Istilah perkembangan lebih dapat mencerminkan sifat-sifat yang khas mengenai gejala-gejala psikologis yang menampak, seperti aspek-aspek intelek, emosi, sosial, bahasa, bakat khusus, nilai dan moral, serta sikap. 2. Perbedaan Pertumbuhan dan Perkembangan Peserta Didik Pertumbuhan peserta didik merupakan suatu proses perubahan secara fisik yang menunjuk kepada kuantitas peserta didik seperti penambahan dalam ukuran bentuk, berat, atau ukuran dimensif serta bagian-bagiannya. Pertumbuhan juga dapat diartikan sebagai perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada anak yang sehat dalam perjalanan waktu tertentu. Pertumbuhan ini berkaitan dengan keadaan tubuh atau keadaan jasmaniah yang herediter dalam bentuk proses aktif secara berkesinambungan. Pertumbuhan fisik meliputi: pertumbuhan sebelum lahir dan pertumbuhan setelah lahir. Pertumbuhan intelek (daya pikir) meliputi: masa sensori motor (0.0 – 2.5 tahun), masa pra-operasional (2.0 – 7.0 tahun), masa konkreto prerasional (7.0 – 11.0 tahun), masa operasional (11.0 – dewasa). Pertumbuhan emosi meliputi. Pertumbuhan lainnya meliptui: sosial, bahasa, bakat khusus, sikap, nilai dan moral. Perkembangan peserta didik adalah suatu proses perubahan secara psikis yang menunjuk pada kualitas peserta didik yang terjadi pada suatu waktu sebagai fungsi kematangan dan interaksi dengan lingkungan yg berawal pada masa konsepsi dan terus berlanjut sepanjang hayat dan bersifat involusi. Istilah perkembangan lebih dapat mencerminkan sifat-sifat yang khas mengenai gejala-gejala psikologis yang menampak, seperti aspek-aspek intelek, emosi, sosial,bahasa, bakat khusus, nilai dan moral, serta sikap. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan peserta didik adalah perubahan secara fisik yang menunjuk kepada kuantitas peserta didik dalam perjalanan waktu tertentu, sedangkan perkembangan peserta didik adalah suatu proses perubahan secara psikis yang menunjuk pada kualitas peserta didik pada suatu waktu.

Tahap-Tahap Perkembangan (Steps Of Development) Menurur Para Ahli

Tahap-Tahap Perkembangan (Steps Of Development) A. Tahapan perkembangan Manusia oleh Elizabeth B. Hurlock 1. Masa Pranatal, saat terjadinya konsepsi sampai lahir. 2. Masa Neonatus, saat kelahiran sampai akhir minggu kedua. 3. Masa Bayi, akhir minggu kedua sampai akhir tahun kedua. 4. Masa Kanak- Kanak awal, umur 2 - 6 tahun. 5. Masa Kanak- Kanak akhir, umur 6 - 10 atau 11 tahun. 6. Masa Pubertas (pra adolesence), umur 11 - 13 tahun 7. Masa Remaja Awal, umur 13 - 17 tahun. Masa remaja akhir 17 - 21 tahun. 8. Masa Dewasa Awal, umur 21 - 40 tahun. 9. Masa Setengah Baya, umur 40 – 60 tahun. 10. Masa Tua, umur 60 tahun keatas. B. Tahapan perkembangan Psikososial oleh Erikson 1. Masa bayi: 0-1 tahun. 2. Masa kanak-kanak: 2-3 tahun. 3. Masa praseekolah: 4-5 tahun. 4. Masa sekolah :6-11 tahun. 5. Masa remaja : 11/12-18/19 tahun. 6. Awal masa dewasa : 18/19-40 tahun. 7. Pertengahan maa dewasa : 40-60 tahun. 8. Akhir masa dewasa: 60-meninggal. C. Tahapan perkembangan kognitif oleh J.Piaget 1. Sensomotoris: 1-2 tahunpengetahuan dengan interaksi fisik. 2. Praoperasional: 2 – 6 tahunmenggunakan symbol-simbol. 3. Operasi konkret: 6-11 tahunmemecahkan masalah secara logis. 4. Operasi formal: >11tahunoperasi mental tingkat tinggi. D. Tahapan perkembangan psikoseksual oleh Freud 1. Fase oral : 0 – 1 tahun terfokus pada fungsi mulut). 2. Fase anal: 1 -3 tahun terfokus fungsi eliminatif (pembuangan kotoran). 3. Fase Phalis: 3 – 5 tahun. 4. Fase latent : 5 – 12/13 tahun. 5. Fase pubertas : 12.13 tahun – 20 tahun. 6. Fase genetal: kematangan. E. Perkembangan Biologis oleh Krestmer 1. Tahap I: 0 – 3 tahun masa fulung (pengisian) tampak pendek & gemuk. 2. Tahap II: 3- 7tahun masa Streckung (rentangan) tampak langsing & panjang. 3. Tahap III: 7-13 tahunFulung IItampak pendek dan gemuk. 4. Tahap IV: 13-20 tahun Streckung tampak langsing.

MAKALAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN : APLIKASI WAWASAN NUSANTARA

BAB I PENDAHULIAN A. Latar Belakang Kehidupan manusia di dunia mempunyai kedudukan sebagai hamba Tuhan Yang Maha Esa dan sebagai wakil Tuhan (Khalifatullah) di bumi yang menerima amanat-NYA untuk mengelola kekayaan alam. Adapun sebagai wakil Tuhan di bumi, manusia dalam hidupnya berkewajiban memelihara dan memanfaatkan segenap karunia kekayaan alam dengan sebaik-baiknya untuk kebutuhan hidupnya. Manusia dalam menjalankan tugas dan kegiatan hidupnya bergerak dalam dua bidang yaitu universal filosofis dan sosial politis. Bidang universal filosofis bersifat transeden dan idealistik misalnya dalam bentuk aspirasi bangsa, pedoman hidup dan pandangan hidup bangsa. Aspirasi bangsa ini menjadi dasar wawasan nasional bangsa Indonesia dalam kaitannya dengan wilayah Nusantara. Sebagai negara kepulauan dengan masyarakatnya yang berbhineka, negara Indonesia memiliki unsur-unsur kekuatan sekaligus kelemahan. Kekuatannya terletak pada posisi dan keadaan geografi yang strategis dan kaya akan sumber daya alam (SDA). Sementara kelemahannya terletak pada wujud kepulauan dan keanekaragaman masyarakat yang harus disatukan dalam satu bangsa, satu negara dan satu tanah air.Dalam kehidupannya, bangsa Indonesia tidak terlepas dari pengaruh interaksidan interelasi dengan lingkungan sekitarnya (regional atau internasional). Dalam hal ini bangsa Indonesia memerlukan prinsip – prinsip dasar sebagai pedoman agar tidak terombang-ambing dalam memperjuangkan kepentingan nasional untuk mencapai cita-cita serta tujuan nasionalnya. Salah satu pedoman bangsa Indonesia wawasan nasional yang berpijak pada wujud wilayah Nusantara sehingga disebut WAWASAN NUSANTARA. Karena hanya dengan upanya inilah bangsa dan negara Indonesia tetap eksis dan dapat melanjutkan perjuangan menuju mayarakat yang adil, makmur dan sentosa. Implementasi atau penerapan wawasan Nusantara harus tercermin pada pola pikir, pola sikap, dan pola tindak yang senantiasa mendahulukan kepentingan bangsa dan negara daripada kepentingan pribadi atau kelompok. Dengan kata lain, wawasan Nusantara menjadi pola yang mendasari cara berpikir, bersikap, dan bertindak dalam rangka menghadapi berbagai masalah menyangkut kehidupan bermayarakat, berbangsa dan bernegara. Untuk itulah, penulis mengangkat tema mengenai wawasan Nusantara, terkhusus pada implementasi atau penerapan wawasan Nusantara dalam kehidupan sehari-hari dalam rangka mencapai tujuan nasional. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana perwujudan wawasan Nusantara sebagai wawasan dalam mencapai tujuan nasional? 2. Mengapa warga negara Indonesia harus mengaplikasikan wawasan Nusantara dalam kehidupan sehari-hari? 3. Apa saja tantangan yang dihadapi dalam mengimplementasikan wawasan Nusantara? 4. Bagaiman cara menerapkan wawasan Nusantara dalam kehidupan sehari-hari? C. Tujuan Penulisan 1. Dapat memahami perwujudan wawasan Nusantara sebagai wawasan dalam mencapai tujuan nasional. 2. Dapat mengetahui alasan warga negara Indonesia harus mengaplikasikan wawasan Nusantara dalam kehidupan sehari-hari. 3. Dapat memaparkan tantangan-tantangan apa saja yang dihadapi dalam mengimplementasikan wawasan Nusantara. 4. Dapat mengetahui cara menerapkan wawasan Nusantara dalam kehidupan sehari-hari. D. Manfaat Penulisan 1. Bagi Mahasiwa, dapat menjadi sumber pengetahuan yang dapat menambah ilmu dan wawasan mahasiswa, terutama mengenai implementasi wawasan Nusantara. 2. Bagi Pemerintah dan Masyarakat (termasuk guru, dosen dan orang tua), dapat menjadi acuan sikap ataupun tindakan yang akan dilakukan untuk menerapkan wawasan Nusantara dalam kehidupan sehari-hari dalam rangka mencapai tujuan nasional. BAB II PEMBAHASAN A. Wawasan Nusantara sebagai Wawasan dalam Mencapai Tujuan Nasional Wawasan Nusantara sebagai cara pandang bangsa Indonesia tentang dan lingkungan berdasar Pancasila telah dikukuhkan secara hukum dengan dimuatnya dalam Tap MPR: No. IV/MPR/1973, TAP MPR No.IV/MPR/1978, TAP MPR No.II/MPR/1983, TAP MPR No.II/MPR/1998, , TAP MPR No.II/MPR/1993 TENTANG Garis-Garis Besar Haluan Negara, yang mencakup: 1. Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai Satu Kesatuan Politik: Bangsa Indonesia bersama bangsa-bangsa lain ikut menciptakan ketertiban dunia dan perdamaian abadi melalui politik luar negeri yang bebas aktif. Implementasi wawasan Nusantara dalam kehidupan politik akan menciptakan iklim penyelenggaraan negara yang sehat dan dinamis. Hal tersebut tampak dalam wujud pemerintahan yang kuat aspiratif dan terpercaya yang dibangun sebagai penjelmaan kedaulatan rakyat. 2. Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai Satu Kesatuan Ekonomi: Implementasi wawasan Nusantara dalam kehidupan ekonomi akan menciptakan tatanan ekonomi yang benar-benar menjamin pemenuhan dan peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat secara adil dan merata. Di samping itu, implementasi wawasan Nusantara mencerminkan tanggung jawab pengelolaa sumber daya alam yang memperhatikan kebutuhan masyarakat antar daerah secara timbal balik serta kelestarian sumber daya alam itu sendiri. a. Kekayaan di wilayah Nusantara, baik potensial maupun efektif, adalah modal dan milik bersama bangsa untuk memenuhi kebutuhan di seluruh wilayah Indonesia secara merata. b. Tingkat perkembangan ekonomi harus seimbang dan serasi di seluruh daerah tanpa mengabaikan ciri khas yang memiliki daerah masing-masing. c. Kehidupan perekonomian di seluruh wilayah Nusantara diselenggarakan sebagai usaha bersama dengan asas kekeluargaan dalam sistem ekonomi kerakyatan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. 3. Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai Satu Kesatuan Sosial Budaya: Implementasi wawasan Nusantara dalam kehidupan sosial budaya akan menciptakan sikap batiniah dan lahiriah yang mengakui segala bentuk perbedaan sebagai kenyataan hidup sekaligus karunia Tuhan. Implementasi ini juga akan menciptakan kehidupan masyarakat dan bangsa yang rukun dan bersatu tanpa membedakan suku, asal usul daerah, agama, atau kepercayaan,serta golongan berdasarkan status sosialnya. Budaya Indonesia pada hakikatnya adalah satu kesatuan dengan corak ragam budaya yang menggambarkan kekayaan budaya bangsa. Budaya Indonesia tidak menolak nilai-nilai budaya asing asalkan tidak bertentangan dengan nilai budaya bangsa sendiri dan hasilnya dapat dinikmati. 4. Perwujudan Kepulauan Nusantara Sebagai Satu Kesatuan Pertahanan dan Keamanan: Implementasi wawasan Nusantara dalam kehidupan pertahanan dan keamanan akan menumbuhkan kesadaran cinta tanah air dan bangsa, yang lebih lanjut akan membentuk sikap bela negara pada tiap warga negara Indonesia. Kesadaran dan sikap cinta tanah air dan bangsa serta bela negara ini menjadi modal utama yang akan mengerakkan partisipasi setiap warga negara indonesia dalam menghadapi setiap bentuk ancaman antara lain : a. Bahwa ancaman terhadap satu pulau atau satu daerah pada hakikatnya adalah ancaman terhadap seluruh bangsa dan negara. b. Tiap-tiap warga negara mempunyai hak dan kewajiban yang sama untuk ikut serta dalam pertahanan dan keamanan Negara dalam rangka pembelaan negara dan bangsa. B. Aplikasi Penggunaan Pendekatan Wawasan Nusantara dalam Kehidupan Sehari-Hari Wawasan Nusantara sebagai cara pandang bangsa Indonesia yang melihat Indonesia sebagai satu kesatuan politik, ekonomi, sosial budaya, dan hankam, yang merupakan landasan dan dasar hakekat ancaman yang timbul baik dari luar maupun dari dalam segala aspek kehidupan bangsa. Untuk dapat mewujudkan konsepsi wawasan Nusantara tersebut perlu dilakukan aplikasi dalam kehidupan sehari-hari sebagai berikut: 1. Kehidupan Politik a. Pelaksanaan kehidupan politik yang diatur dalam undang-undang, seperti UU Partai Politik, UU Pemilihan Umum, dan UU Pemilihan Presiden. Pelaksanaan undang-undang tersebut harus sesuai hukum dan mementingkan persatuan bangsa.Contohnya seperti dalam pemilihan presiden, anggota DPR, dan kepala daerah harus menjalankan prinsip demokratis dan keadilan, sehingga tidak menghancurkan persatuan dan kesatuan bangsa. b. Pelaksanaan kehidupan bermasyarakat dan bernegara di Indonesia harus sesuai denga hukum yang berlaku. Seluruh bangsa Indonesia harus mempunyai dasar hukum yang sama bagi setiap warga negara, tanpa pengecualian. Di Indonesia terdapat banyak produk hukum yang dapat diterbitkan oleh provinsi dan kabupaten dalam bentuk peraturan daerah (perda) yang tidak bertentangan dengan hukum yang berlaku secara nasional. c. Mengembagkan sikap hak asasi manusia dan sikap pluralisme untuk mempersatukan berbagai suku, agama, dan bahasa yamg berbeda, sehingga menumbuhkan sikap toleransi. d. Memperkuat komitmen politik terhadap partai politik dan lembaga pemerintahan untuk menigkatkan semangat kebangsaan dan kesatuan. e. Meningkatkan peran Indonesia dalam kancah internasional dan memperkuat korps diplomatik ebagai upaya penjagaan wilayah Indonesia terutama pulau-pulau terluar dan pulau kosong. 2. Kehidupan ekonomi a. Wilayah Nusantara mempunyai potensi ekonomi yang tinggi, seperti posisi khatulistiwa, wilayah laut yang luas, hutan tropis yang besar, hasil tambang dan minyak yang besar, serta memeliki penduduk dalam jumlah cukup besar. Oleh karena itu, implementasi dalam kehidupan ekonomi harus berorientasi pada sektor pemerintahan, pertanian, dan perindustrian. b. Pembangunan ekonomi harus memperhatikan keadilan dan keseimbangan antardaerah. Oleh sebab itu, dengan adanya otonomi daerah dapat menciptakan upaya dalam keadilan ekonomi. c. Pembangunan ekonomi harus melibatkan partisipasi rakyat, seperti dengan memberikan fasilitas kredit mikro dalam pengembangan usaha kecil. 3. Kehidupan sosial a. Mengembangkan kehidupan bangsa yang serasi antara masyarakat yang berbeda, dari segi budaya, status sosial, maupun daerah. Contohnya dengan pemerataan pendidikan di semua daerah dan program wajib belajar harus diprioritaskan bagi daerah tertinggal. b. Pengembangan budaya Indonesia, untuk melestarikan kekayaan Indonesia, serta dapat dijadikan kegiatan pariwisata yang memberikan sumber pendapatan nasional maupun daerah. Contohnya dengan pelestarian budaya, pengembangan museum, dan cagar budaya. 4. Kehidupan pertahanan dan keamanan a. Kegiatan pembangunan pertahanan dan keamanan harus memberikan kesempatan kepada setiap warga negara untuk berperan aktif, karena kegiatan tersebut merupakan kewajiban setiap warga negara, seperti memelihara lingkungan tempat tinggal, meningkatkan kemampuan disiplin, melaporkan hal-hal yang menganggu keamanan kepada aparat dan belajar kemiliteran. b. Membangun rasa persatuan, sehingga ancaman suatu daerah atau pulau juga menjadi ancaman bagi daerah lain. Rasa persatuan ini dapat diciptakan dengan membangun solidaritas dan hubungan erat antara warga negara yang berbeda daerah dengan kekuatan keamanan. c. Membangun TNI yang profesional serta menyediakan sarana dan prasarana yang memadai bagi kegiatan pengamanan wilayah Indonesia, terutama pulau dan wilayah terluar Indonesia. Tantangan Implementasi Wawasan Nusantara Dewasa ini kita menyaksikan bahwa individu dalam bermasyarakat,berbangsa, dan bernegara sedang mengalami perubahan.Faktor utama yang mendorong terjadinya proses perubahan tersebut adalah nilai-nilai kehidupan baru yang dibawa oleh negara maju dengan kekuatan penetrasi globalnya.Tantangan itu antara lain : a. Pemberdayaan rakyat yang optimal. b. Dunia yang tanpa batas. c. Era baru kapitalisme. d. Kesadaran warga negara Penerapan Wawasan Nusantara a. Salah satu manfaat paling nyata dari penerapan wawasan Nusantara. Khususnya di bidang wilayah. Adalah diterimanya konsepsi Nusantara di forum internasional. Sehingga terjaminlah integritas wilayah territorial Indonesia. Laut Nusantara yang semula dianggap “laut bebas” menjadi bagian integral dari wilayah Indonesia. b. Pertambahan luas wilayah sebagai ruang lingkup tersebut menghasilkan sumber daya alam yang mencakup besar untuk kesejahteraan bangsa Indonesia. c. Pertambahan luas wilayah tersebut dapat diterima oleh dunia internasional terutama negara tetangga yang dinyatakan dengan persetujuan yang dicapai. d. Penerapan wawasan Nusantara dalam pembangunan negara di berbagai bidang tampak pada berbagai proyek pembangunan sarana dan prasarana ekonomi, komunikasi dan transportasi. e. Penerapan di bidang sosial dan budaya terlihat pada kebijakan untuk menjadikan bangsa Indonesia yang Bhinneka Tunggal Ika tetap merasa sebangsa, setanah air, senasib sepenanggungan dengan asas pancasila. f. Penerapan wawasan Nusantara di bidang pertahanan keamanan terlihat pada kesiapsiagaan dan kewaspadaan seluruh rakyat melalui sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta untuk menghadapi berbagai ancaman bangsa dan Negara. Dewasa ini kita menyaksikan bahwa kehidupan individu dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara sedang mengalami perubahan. Dan kita juga menyadari bahwa faktor utama yang mendorong terjadinya proses perubahan tersebut adalah nilai-nilai kehidupan baru yang di bawa oleh negara maju dengan kekuatan penetrasi globalnya. Apabila kita menengok sejarah kehidupan manusia dan alam semesta, perubahan dalam kehidupan itu adalah suatu hal yang wajar, alamiah. Dalam dunia ini, yang abadi dan kekal itu adalah perubahan. Berkaitan dengan wawasan Nusantara yang syarat dengan nilai-nilai budaya bangsa Indonesia dan di bentuk dalam proses panjang sejarah perjuangan bangsa, apakah wawasan bangsa Indonesia tentang persatuan dan kesatuan itu akan terhanyut tanpa bekas atau akan tetap kokoh dan mampu bertahan dalam terpaan nilai global yang menantang Wawasan Persatuan bangsa. Tantangan itu antara lain adalah pemberdayaan rakyat yang optimal, dunia yang tanpa batas, era baru kapitalisme, dan kesadaran warga negara. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Wawasan Nusantara sebagai cara pandang bangsa Indonesia yang melihat Indonesia sebagai satu kesatuan politik, ekonomi, sosial budaya, dan hankam, yang merupakan landasan dan dasar hakekat ancaman yang timbul baik dari luar maupun dari dalam segala aspek kehidupan bangsa. Untuk dapat mewujudkan konsepsi wawasan Nusantara tersebut perlu dilakukan aplikasi dalam kehidupan sehari-hari Jika wawasan nasional, ketahanan nasional serta politik dan strategi nasional suatu bangsa tercapai maka tujuan nasional bangsa tersebut tidak hanya menjadi cita-cita belaka tetapi dapat terwujud. B. Saran 1. Dengan adanya wawasan nusantara, kita harus dapat memiliki sikap dan perilaku yang sesuai kejuangan, cinta tanah air serta rela berkorban bagi nusa dan bangsa. 2. Sebaiknya “Wawasan Nusantara benar-benar diterapkan dilingkungan sekolah atau jenjng pertama yaitu Sekolah Dasar hal itu dimaksutkan agar setelah mereka besar nanti dia akan memiliki jiwa sosial yang tinggi. 3. Peran Sekolah, Guru, Pemerintah sanganlah Penting dalam penerapan Wawasan Nusantara di sekolah. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2009. Implementasi Wawasan Nusantara. (Online), (www.wikipedia.com, diakses tanggal 15 Desember 2011) Ayano, Suci. 2011. Wawasan Nusantara. (Online), (http://www.Hubungan Antara Wawasan Nusantara dengan Ketahanan Nasional « STUDI TUR.htm, diakses tanggal 15 Desember 2011) Suradinata, Ermayana. 2001. Geopolitik dan Geostrategi dalam Mewujudkan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Surabaya: Nusa Indah UNM, Tim Dosen Pendidikan Kewarganegaraan. 2006. Pendidikan Kewarganegaraan. Makassar: Universitas Negeri Makassar Winarno. (2007). Paradigma Baru, Pendidikan Kewarganegaraan, Edisi Kedua. Surakarta : Bumi Aksara Zubaidi, H. Achmad, dkk. 2002 .Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta: Paradigma

PENGANTAR PENDIDIKAN : BAB IX PENDIDIKAN DAN PEMBANGUNAN

BAB IX PENDIDIKAN DAN PEMBANGUNAN Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan karena sasarannya adalah peningkatan kualitas SDM. Oleh karena itu, pendidikan juga merupakan alur tengah pembangunan dari seluruh sektor pembangunan. Bab ini akan membahas mengenai esensi pendidikan dan pembangunan, titik temu antar keduanya, peranan pendidikan dalam pembangunan, khususnya pembangunan sistem pendidikan nasional. A. ESENSI PENDIDIKAN DAN PEMBANGUNAN SERTA TITIK TEMUNYA Menurut pahamumum kata “pemangunan” lazimnya diasosiakan dengan pembangunan ekonomi dan industri yang selanjutnya diasosiasikan dengan dibangunnya pabrik-pabrik, jalanan, jembatan, sampai kepada pelabuhan, alat-alat transportasi, komunikasi, dan sejenisnya. Sedangkan hal yang menyangkut sumber daya manusia tidak secara langsung terlihat sebagai sasaran pembicaraan. Pembangunan dalam arti yang tebatas , yaitu hanya pada sektor ekonomi dan industri saja belum menggambarakan esensi yang sebenarnya dalam pembangunan, jika kegiatan-kegiatan tersebut belum dapat mengatasi masalah yang hakiki yaitu terpenuhinya hajat hidup dari rakyat banyak material dan spritual. Status pendidikan dan pembangunan masing-masing dalam esensi pembangunan serta antara keduanya 1. Pendidikan merupakan usaha ke dalam diri manusia sedangkan pembangunan merupakan usaha keluar dalam diri manusia. 2. Pendidikan menghasilkan sumber daya tenaga yang menunjang pembangunan dan hasil pembangunan dapat menunjang pendidikan (pembinaan, penyediaan saran, dan seterusnya). B. SUMBANGAN PENDIDIKAN PADA PEMBANGUNAN Sumbangan pendidikan terhadap pembangunan dapat dilihat dari berbagai segi, diantaranya, segi sasaran, lingkungan, jenjang pendidikan, dan pembidangan kerja.. 1. Segi Sasaran Pendidikan Pendidikan adalah usaha sadar yang ditujukan kepada peserta didik agar menjadi manusia yang berkepribadian kuat dan utuh serta bermoral tinggi. Jadi tujuan citra manusia yang dapat menjadi sumber daya pembangunan yang manusiawi. 2. Segi Lingkungan Pendidikan Klasifikasi ini menunjukkan peran pendidikan dalam berbagai lingkungan atau sistem. Lingkungan keluarga(pendidikan informal), lingkungan sekolah (pendidikan formal), lingkungan masyarakat (pendidikan nonformal), ataupun dalam sistem pendidikan prajabatan dan dalam jabatan. 3. Segi Jenjang Pendidikan Jenjang pendidikan meliputi pendidikan dasar (basic education), pndidikan lanjutan, menengah, dan pendidikan tinggi. 4. Segi Pembidangan Kerja atau Sektor Kehidupan Pembidangan kerja menurut sektor kehidupan meliputi bidang ekonomi, hukum, sosial politik, keuangan, perhubungan, komunikasi, pertanian, pertambangan, pertahanan, dan l;ain-lain. C. PEMBANGUNAN SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL Bagian ini akan mengemukakan dua hal yaitu mengapa sistem pendidikan harus dibangun dan wujud sisdiknas. 1. Mengapa Sistem Pendidikan Harus Dibangun Sistem pendidikan perlu dibangun agar dapat memenuhi kebutuhan manusia. Manusia cenderung berupaya untuk mendekatkan dirinya pada kesempurnaan, untuk itu perlu dilakukan perbaikan-perbaikan, termasuk sistem pendidikan. Selain itu, pengalaman manusia juga berkembang. Itulah sebabnya mengapa sistem pendidikan sebagai sarana yang menghantar manusia untuk menemukan jawaban atas teka teki mengenai dirinya, juga selalu disempurnakan. 2. Wujud Pembangunan Sistem Pendidikan Secara makro, sistem pendidikan meliputi banyak aspek yang satu sama lain saling terkait, yaitu aspek filosofis dan keilmuan, yuridis, struktur, dan kurikulum a. Hubungan Antar Aspek-aspek Aspek filosofis keilmuan dan yuridis menjadi landasan bagi aspek-aspek yang lain, karena memberikan arah pada aspek-aspek lainnya. Meskipun aspek filosofis menjadi landasan, tetapi tidak harus diartikan bahwa setiap terjadi perubahan filosofis dan yuridis harus diikuti dengan perubahan aspek-aspek yang lain secara total. b. Aspek Filosofis dan Keilmuan Aspek filosofis berupa penggarapan tujuan nasioanal pendidikan. Rumusan tujuan pendidikan nasional yang etntunya memberikan peluang bagi pengembanga hakikat manusia yang kodrati yang berartipula bersifat wajar. Bagi kita pengembangan sifat kodrati manusia itu pararel dengan jiwa Pancasila. c. ¬¬Aspek Yuridis UUD 1945 sebagai landasan hukum pendidikan sifatnya relatif tetap. Beberapa pasal yang melandasi pendidikan sifatnya eksplisit (pasal 31 ayat (1) dan (2); pasal (32)) maupun yang implisit (pasal 27 ayat (1) dan (2); pasal (34)). Pasal pasal tersebut sifatnya masih sangat global dan perlu dijabarkan lebih rinci kedalam UU Pendidikan seperti UU Pendidikan No. 4 Tahun 1950, UU Pendidikan No. 12 Tahun 1954 dan disempurnakan lagi oleh UU RI No. 2 Tahun 1989. UU RI No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional bersikap terbuka dalam mengantisipasi perkembangan masa depan, yang diungkapkan dalam hal-hal berikut. 1) Adanya tenaga kependidikan yang beraneka ragam di samping guru. 2) Adanya keharusan bagi setiap satuan pendidikan untuk menyediakan dan memanfaatkan sumber belajar. 3) Adanya pernyataan bahwa kurikulum harus menggunakan pendekatan kompetensi (competency based curriculum) dan memberikan tempat pada pengembangan sains dan teknologi sejak mulai sekolah dasar. d. Aspek Struktur Aspek struktur pembangunan sistem pendidikan berperan pada upaya pembenahan struktur pembangunan pendidikan yang mencakup jenjang dan jenis pendidikan, lama waktu belajar dari jenjang yang satu ke jenjang yang lai, sebagai akibat dari perkembangan sosial budaya dan politik. e. Aspek Kurikulum Kurikulum merupakan sarana untuk mencapai tujuan. Tujuan kurikuler berubah, maka kurikulum berubah pula. Perubahan tersebut dapat berupa materinya, orientasinya,pendekatannya maupun metodenya. Kurikulum dalam sistem pendidikan persekolahan di negara kita telah mengalami penyempurnaan-penyempurnaan dalam perjalananannya.

PENGANTAR PENDIDIKAN : BAB VIII SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

BAB VIII SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL Sistem pendidikan indonesia disusun berlandaskan kepada kebudayaan dan pancasila dan UUD 1945 sebagai kristalisasi nilai-nilai hidup bangsa indonesia. Penyelenggaraan system pendidikan nasional disusun sedemikian rupa, meskipun secara garis besar ada persamaan dengan system pendidikan nasional bangsa lain, sehingga kebutuhan akan pendidikan dari bangsa lain yang secara geografis, demografis, historis, dan kultural. A. Kelembagaan, Program, dan Pengolahan Pendidikan Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik agar dapat berperan aktif dan pasif dan positif dalam hidupnya sekarang dan yang akan datang. Pendidikan nasional indonesia adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaan bangsa indonesia dan berdasar pada pencapaian tujuan pembangunan nasional indonesia. Sistem pendidikan nasional diselenggarakan pemerintah dan swasta di bawah tanggung jawab Menteri Pendidikan dan kebudayaan dan menteri lainnya, seperti pendidikan agama oleh menteri agama. Penyelenggaran system pendidikan nasional dilaksanakan melalui bentuk-bentuk kelembagaan beserta program-programnya. 1. Kelembagaan Pendidikan Berdasarkan UU RI No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, kelembagaan poendidikan dapat dilihat dari segi jalur pendiidkan dan program serta pengolahan pendidikan. a. Jalur pendidikan Penyelenggaraan sisdiknas dilaksanakan melalui dua jalur yaitu: 1) Jalur pendidikan sekolah Jalur pendidikan sekolah merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah melalui kegiatan belajar mengajar seacra berjenjang dan berkesinambungan.Sifatnya formal, diatur berdasrkan ketentuan-ketentuan pemerintah, dan mempunyai keseragaman pola yang bersifat nasional. 2) Jalur pendidikan luar sekolah Jalur pendidikan luar sekolah merupakan pendidikan yang bersifat kemasyarakatan yang diluar sekolah. Pendidikan luar sekolah sifatnya tidak formal dalam arti tidak ada keseragaman pola yang bersifat nasional. b. Jalur Pendidikan Jenjang pendidikan adalah suatu tahap dalam pendidikan berkelanjutan yang ditetapkan berdasrkan tingkat perkembangan peserta didik serta keluasan dan kedalaman bahan pengajaran (UU RI No.2 Tahun 1989 Pasal 1 Ayat 5). Jalur pendidikan sekolah dilaksanakan secara berjenjang dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.Pendidikan prasekolah belum termasuk jenjang pendidikan formal, tetapi baru merupakan kelompok sepermainan yang menjembatani anak antara kehidupannya dalam keluarga dengan sekolah. 1) Jenjang Pendidikan Dasar Pendidikan dasar diselenggarakan untuk membiarkan bekal dasar yang diperlukan untuk hidup dalam masyarkat berupa pengembangan sikap,pengetahuan, dan keterampilan dasar. UU RI No. 2 Tahun 1989 menyatakan dasar dan wajib belajar pada pasal 14 Ayat 1 bahwa, ”warga Negara yang berumur 6 tahun berhak mengikuti pendidikan dasar”, dan ayat 2 menyatakan bahwa, ”warga Negara yang berumur 7 tahun berkewajiban mengikuti pendidikan yang serata samapai tamat.” 2) Jenjang Pendidikan Menengah Pendidikan menegah dalam hubungan ke bawah berfungsi sebagai lanjutan dan perluasan pendidikan dasar, dan dalam hubungan ke atas mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan ataupun memasukin lapangan kerja. 3) Jenjang Pendidikan Tinggi Pendidikan tinggi diselenggarakan untuk menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik/atau propesionalyang dapat menerapkan, mengembangkan dan/atau menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi atau kesenian. Pendidikan tinggi berfungsi sebagai jembatan antara pengembangan bangsa dan kebudayaan nasional dengan perkembangan internasional. 2. Program dan pengolahan Pendidikan a. Jenis Program pendidikan Jenis-jenis pendidikan adalah pendidikan yang dikelompokan sesuai dengan sifat dan kekhususan tujuannya (UU RI No. 2 tahu n 1989 Baa 1 Pasal 1 ayat 4 No. 2 tahun 1989). Program pendidikan yang termasuk pendidikan sekolah terdiri dari: 1) Pendidikan Umum Pendidikan umum ialah pendidikan yang mengutamakan perluasan pengetahuan dan keterampilan peserta didik dengan pengkhususan yang diwujudkan pada tingkat-tingkat akhir masa pendidikan. Pendidikan umum berfungsi sebagai acuan umum bagi jenis pendidikan lainnya. 2) Pendidikan Kejuruan Pendidikan kejuruan adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat bekerja pada bidang pekerjaan tertentu, seperti bidang tehnik, jasa boga, busana dan lain-lain. 3) Pendidikan Luar Biasa Pendidikan luar biasa merupakan pendidikan khusus yang diselenggrakan untuk peserta didik yang menyandang kelainan fisikatau mental. Yang termasuk pendidikan biasa adalah SDLB (Sekolah dasar luar biasa) untuk jenjang pendidikan menengah masing-masing memiliki program khusus yaitu program untuk anak tuna netra, tuna rugu dan tuna daksa serta tunagrahita. 4) Pendidikan Kedinasaan Pendidikan kedinasan merupakan pendidikan khusus yang diselenggrakan untuk meningkatkan kemampuan dalam pelaksanaan tugas kedinasan bagi pegawai atau calon pegawai suatu departemen pemerintah atau lembagapemerintah nondepertemen. Pendidikan kedinasan dapat terdiri dari pendidikan tingkat menengah dan pendidikan itngkat tinggi. 5) Pendidikan Keagamaan Pendidikan keagamaan merupakan pendidikan khusus yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat melaksanakan peranan yang menuntut penguasaan pengetahun tentang ajaran agama. Pendidikan keagamaan dapat terdiri dari tingkat pendidikan dasar, tingkat pendidikan menengah, dan tingkat pendidikan tinggi. b. Kurikulum Program Pendidikan Konsep system pendidikan nasioanal direalisir melalui kurikulum. Kurikulum memberikan bekal pengetahuan, sikap, dan keterampilan kepada peserat didik. Kurikulum yang mengandung aspek kesatuan nasional, memberikan bekal kesadaran dan kesatuan nasional, semangat kebenaran nasional, semangat kebangsaan, kesetian sosial, serta mempertebal rasa cinta tanah air disebut muatan lokal dalam kurikulum. Deskripsi yang doberikan oleh beberapa penulis mengenai pengertian kurikulum yaitu: 1) Seperangkat mata pelajaran dan materi pelajaran yang terorganisir (Hymen,1973). 2) Rencana kegiatan untuk menentukan pengajran (Macdonald, 1965). 3) Rencana untuk membelajarkan peserta didik (Taba, 1962). 4) Pengalaman belajar (Krug dan Edward a, 1956). Berikut kurikulum mengandung dua aspek yaitu: 1) Aspek kesatuan nasional, yang memuat unsure-unsur penyatuan bangsa. 2) Aspek lokal, yang memuat sifat-sifat kekhasan daerah. UU RI No. 2 Tahun 189 Pasal 38 Ayat 1 menyatakan adanya dua aspek nasional dan lokal itu sebagai berikut: Pelaksanaan kegiatan pendidikan dalam suatu pendidikan didasarkan atas kurikulum yang berlaku secara nasional dan kurikulum yang disesuaikan dengan keadaan serta kebutuhan lingkungan dan cirri khas suatu pendidikan yang bersangkutan. 1. Kurikulum Nasional Tujuan pendidikan Nasional dnyatakan dalam UU RI No. 2 tahun 1989 pasal 3 yaitu: a. Terwujudnya bangsa yang cerdas b. Manusia yang utuh, beriman, dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa c. Berbudi pekerti luhur d. Terampil dan berpengetahuan e. Sehat jasmani dan rohani f. Berkepribadian yang mantap dan mandiri g. Bertangguung jawab pada kemasyarakatan dan kebangsaan.Yang menjadi pertanyaan ialah bagaimana tujuan nasional tersebut dapat dicapai melalui masing-masing satuan pendidikan. 2. Kurikulum Muatan Lokal a. Latar Belakang Kenyataan menunjukkan bahwa setiap daerah di wilayah tanah air indonesia memiliki ciri khas mengenaib adat istiadat,tata cara dan tata krama pergaulan, kesenian, bahasa, lisan maupun tertulis, kerajinan, dan nilai-nilai kehidupannya masing-masing. b. Pengertian muatan lokal Gambaran muatan lokal dalam lampiran keputusan menteri pendidikan dan kebudayaan tersebut dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan muatan lokal adalah program pendidikan yang isi dan media penyampainnya dikaitkan dengan lingkungan alam, lingkungan sosial, dan lingkungan budaya serta kebutuhan daerah. c. Tujuan muatan lokal Tujuan dilaksanakannya muatan lokal dalam kurikulum SD dapat dilihat dari segi kepentingan nasional dan kepentingan peserta didik. Dalam hubungan dengan kepentingan nasional, muatan lolal dapat: 1) Melestarikan dan mengembangkan kebudayaan yang khas daerah. 2) Mengubah nilai dan sikap masyarakat terhadap lingungan kea rah yang positif. d. Cara pengaplikasian muatan lokal ke dalam kurikulum Dalam garis besarnya cara pengaplikasian dua hal tersebut (1 dan 2)masing-masing dengan kebutuhan. Untuk muatan lokal unit kecil lazimnya dimulai dari kurikulumnya, sedangkan untuk muatan lokal unit besar lokal dimulai dri muatan lokalnya. e. Cara merancang pengajaran Setelah muatan lokal mendapat tempat dalam kurikulumn maka lankgkah berikutnya adalah menjabarkan muatan lokal itu dalam bentuk rancangan pengajaran. Berikut ini contoh yang didesain berdasarkan model strategi pembelajaran dari Brush Joyce dan Marsh Weil. Format I 1. Sintaks terdiri dari empat jenjang yaitu: I. Kejelasan sasaran(Learning task). a. Menghargai kepentingan orang lain melalui sejumlah perbuatan. b. Menghargai waktu. II. Kejelasan teoritis/pemahaman a. Tanya jawab mendiskusikan tentang kesopanan dalam transportasi umum. b. Menyusun daftar perilaku yang sopan dan tidak sopan melalui metode curah pendapat. c. Mendiskusikan hasil kegiatan d. Observasi lapangan tentang kesopanan dan penghematan e. Laporan hasil observasi diskusi f. Pemecahan masalah III. Simulasi/permain peran Sopir /penumpang yang sopan san tidak sopan, penumpang yang menghargai waktu dan yang tidak. IV. Pameran. 2. Prinsip reaksi Balikan segera dapat diberikan kepada peserta didik mengenai hasil observasi dari hasil diskusi dan pemecahan masalah yang diajukan oleh peserta didik. Sifatnya bisa terhadap hasil individual ataupun kelompok. 3. Sistem sosial Guru menciptakan suasana kegiatan belajar mengajar yang mendorong terjadinya interaksi dinamis antara guru dan peserta didik, antara peserta didik dengan temen-temennya yang dijiwai semangat kerja, keterbukaan, dan tanpa ada tekanan. Faktor Penghambat dan Penunjang Pelaksanaan Muatan Lokal Faktor Penghambat 1. Sifat dari pelajaran ML itu sendiri sebagian besar member tekanan pada pembinaan tingkah laku efektif dan psikomotor. 2. Dilihat dari segi ketenagaan, pelaksanaan ML memerlukan pengorrganisasian secara khusus karena melibatkan pihak-pihak lain selain sekolah. 3. Dilihat dari segi proses belajar mengajar, pelaksanaan ML menggunakan pendekatan keterampilan proses dan CBSA. 4. Sistem ujian dan ijazah yang diselenggarakan disekolah-sekolah umumnya masih menciptakan iklim pengajaran yang memberikan tekanan lebih pada mata pelajaran akademik, sedangkan pelajaran-pelajaran yang memberikan bekal prakits kepada peserta didk dianggap bersifat fakulatif. 5. Sarana penunjang tertentu baagi pelaksanaan ML secara optimal kebanyakan tidak dimiliki oleh sekolah, dan mungkin juga tidak tersedia di masyarakat ( misalnya untuk keperluan stimulasi) Faktor Penunjang 1. Adanya keinginan dari kebanyakan peserta didik untuk cepat memperoleh bekal kerja dan pekerjaan apa pun yang membawa hasil. 2. Materi ML yang dapat dijadikan sasaran belajar cukup banyak tersedia baik macamnya maupun penyebarannya di semua daerah, sehingga penentuan daerah perintisan maupun tidak diseminasinya tidak sulit. 3. Ketenagaan yang bervariasi yang partisivasinya dapat menunjanng dan dapat dilibatkan dalam penyelenggaraan ML tidak sulit ditemukan pada semua daerah/lokasi. 4. Adanya materi ML yang sudah tercantum sebagai materi kurikulum dan sudah dilaksanakan secara rutin, hanya tinggal pembenahan efektifitasnya yang perlu ditngkatkan. 5. Media massa khususnya media komunokasi visual seperti TV, dan video sudah tidak sulit untuk dimanfaatkan guna penyebaran informasi berupa contoh-contoh model pelaksanaannya ML yang berhasil, dengan demikian ide tentang ML lebih cepat memasyarakat. B. Upaya Pembangunan Pendidikan Nasional 1. Jenis Upaya Pembaruan Pendidikan Jenis upaya pembaruan pendidikan pembaruan landasan yuridis, pembaruan kurikulum dan perangkat penunjangnya, pembaruan struktur pendidikan, dan pembaruan tenaga kependidikan. 2. Dasar dan Aspek Legal pembangunan Pendidikan Nasional Dasar dn aspek legal pembangunan pendidikan nasional berupa ketentuan yuridis yang menjadi dasar,acuan, UUd 1945 GBHN, UU Organik pendidikan,dan peraturan pemerintah. Selanjutnya UUD dituang kedalam TAP MPR tentang GBHN khususnya bidang pendidikan. Dalam tap MPR No. IV/MPR/1973 TAP MPR RI No. II/MPR dengan jelas dikemukakan program umum pembaharuan san pembangunan pendidikan. Didalam semua ketetapan itu terlihat adanya kesinambungan yang mencakup program utama pendidikan, yaitu: a. Perluasan dan pemerataan kesempatan mengikuti pendidikan. b. Peningkatan mutu pendidikan . c. Peningkatan efisiensi dan efektif pendidikan . d. Pengembangan kebudayaan. e. Pembinaan generasi muda. Program pokok pembangunan pendiddikan yang dinyatakan dalam GBHN tersebut juga member pedoman bagi upaya merealisasikan Pasal 31 dan pasal 32 UUD 1945 yakni bahwa a. Tiap-tiap warga mendapat pengajaran. b. Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu system pengajaran nasional. c. Pemerintah mengajukan kebudayaan nasional indonesia.

PENGANTAR PENDIDIKAN : BAB VII PERMASALAHAN PENDIDIKAN

BAB VII PERMASALAHAN PENDIDIKAN Pendidikan mempunyai tugas menyiapkan sumber daya manusia unuk pembangunan. Derap langkah pembangunan selalu diupayakan seirama dengan tuntutan zaman. Perkembangan zaman selalu memunculkan persoalan-persoalan baru yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Bab ini akan mengkaji mengenai permasalahan pokok pendidikan, dan saling keterkaitan antara pokok tersbut, faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangannya dan masalah-masalah aktual beserta cara penanggulangannya. A. PERMASALAHAN POKOK PENDIDIKAN Pada dasarnya ada dua permasalahan pokok pendidikan yang kita hadapai saat ini, yaitu: a. Bagaimana semua warganegara dapat menikmati kesempatan pendidikan. b. Bagaimana pendidikan dapat membekali peserta didik dengan keterampilan kerja yang antap untuk dapat terjun ke dalam kancah kehidupan bermasyarakat. B. JENIS PERMASALAH POKOK PENDIDIKAN Masalah pokok pendidikan yang menjadi kesepakatan nasional yang perlu diprioritaskan penanggulangannya ada empat macam yaitu: masalah pemerataan pendidikan, masalah mutu pendidikan, masalah efisiensi pendidikan, maslah relevansi pendidikan. 1. Masalah Pemerataan Pendidikan Masalah pemerataan pendidikan adalah persoalan bagaimana sistem pendidikan dapat menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya kepada seluruh warganegara untuk memperoleh pendidikan. Pelaksanaan pendidikan yang merata adalah pelaksanaan program pendidikan yang dapat menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya bagi seluruh warga negara Indonesia untuk dapat memperoleh pendidikan. Pemerataan dan perluasan pendidikan atau biasa disebut perluasan keempatan belajar merupakan salah satu sasaran dalam pelaksanaan pembangunan nasional. Hal ini dimaksudkan agar setiap orang mempunyai kesempatan yang sama unutk memperoleh pendidikan. Kesempatan memperoleh pendidikan tersebut tidak dapat dibedakan menurut jenis kelamin, status sosial, agama, amupun letak lokasi geografis. Masalah ini dapat dipecahkan dengan dua cara yaitu dengan cara konvensional dan cara inovatif. Cara konvensional misalnya pembangunan gedung sekolah dan pergantian jam belajar. Cara inovatif misalnya sistem guru kunjung dan Sekolah Terbuka. 2. Masalah Mutu Pendidikan Mutu pendidikan dipermasalahkan jika hasil pendidikan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Masalah mutu pendidikan juga mencakup masalah pemerataan mutu pendidikan. Pemecahan masalah mutu pendidikan dalam garis besarnya meliputi hal-hal yang bersifat fisik dan perangkat lunak, personalia, dan manajemen pendidikan. 3. Masalah Efisiensi Pendidikan Beberapa masalah dalam kaitannya dengan efisiensi pendidikan antara lain: a. Bagaimana memfungsikan tenaga pendidikan. b. Bagaimana sarana dan prasarana pendidikan digunakan c. Bagaimana pendidikan diselenggarakan d. Masalah efisiensi dalam memfungsikan tenaga 4. Masalah Relevansi Pendidikan Adanya ketidakserasian antara hasil pendidikan dan kebutuhan dunia kerja ini disebabkan kurikulum yang materinya kurang funsional terhadap keterampilan yang dibutuhkan ketika peserta didik memasuki dunia kerja. Sebenarnya kriteria relevansi cukup ideal jika dikaitkan dengan kondisi sistem pendidikan pada umumnya dan gambatan tentang kerjaan yang ada antara lain sebagai berikut. a. Status lembaga pendidikan yang bermacam-macam b. Sistem pendidikan tidak pernah menghasilkan luaran yang siap pakai. Yang ada ialah siap kembang. c. Tidak tersedianya pete kebutuhan tenaga kerja dengan persyaratannya yang digunakan sebagai pedoman oleh lembaga-lembaga pendidikan untuk menyusun programnya. C. SALING KETERKAITAN ANTARA MASALAH-MASALAH PENDIDIKAN Ada dua faktor penghambat perbaikan mutu pendidikan. Yaitu: gerakan perluasan pendidikan untuk melayani pemerataan kesempatan pendidikan bagi rakyat banyak memerlukan penghimpunan dan pengarahan dana dan daya. Faktor kedua, kondisi satuan-satuan pendidikan pada saat demikian mempersulit upaya peningkatan mutu karena jumlah murid dalam kelas terlalu banyak, tenaga pendidik kurang kompeten, sarana yang tidak memadai, dan seterusnya. D. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BERKEMBANGNYA MASALAH PENDIDIKAN Faktor-faktor yang mempengaruhi berkembangnya masalah pendidikan antara lain: perkembangan iptek dan seni, laju pertumbuhan penduduk, aspirasi masyarakat dan keterbelakangan budaya dan sarana kehidupan. 1. Perkembangan IPTEK dan Seni Sejalan dengan berkembangnya arus globalisasi di negara kita, terutama dengan pesatnya peningkatan teknologi komunikasi, membuat segala sesuatu harus dilakukan dengan cepat dan tepat. Implikasinya di dalm masyarakat sangat tersa. Oleh karena itu pendidikan harsu senantiasa menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. Seni merupakan kebutuhan hidup manusia. Pengembangan kualitas seni secara terprogram menuntut tersedianya sarana pendidikan tersendiri disamping program-program lain dalam sistem pendidikan. 2. Laju Pertumbuhan Penduduk Masalah kependudukan dan pendidikan bersumber pada 2 hal yaitu:pertambahan penduduk dan penyebaran penduduk. 3. Aspirasi Masyarakat Belakangan ini aspirasi masyarakat semakin meningkat sejalan dengan peningkatan pemahaman masyarakat terhadap ‘reformasi’. Aspirasi tersebut menyangkut kesempatan pendidikan, kelayakan pendidikan dan jaminan terhadap taraf hidup setelah mereka menjalani proses pendidikan. 4. Keterbelakangn Budaya dan Sarana Kehidupan Keterbelakangan budaya disebabkan beberapa hal misalnya letak geografis yang terpencil dan sulit dijangkau, penolakan masyarakat terhadap unsur budaya baru karena dikhawatirkan akan mengikis kebudayaan lama, dan ketidakmampuan ekonomis menyangkut unsur kebudayaan tersebut. E. PERMASALAHAN AKTUAL PENDIDIKAN DAN PENANGGULANGANNYA 1. Permasalahan Aktual Pendidikan di Indonesia Permasalahan aktual pendidikan di Indonesia sangat kompleks dan semakin berkembang sejalan dengan perkembangan zaman dan kemapanan sumber daya manusia. Masalah masalah tersebut antara lain: a. Masalah Keutuhan Pencapaian sasaran b. Masalah Kurikulum c. Masalah Peranan Guru d. Masalah Pendidikan Dasar 9 Tahun 2. Upaya Penanggulangan Beberapa upaya dilakukan untuk menanggulangi masalah masalah aktual tersebut, diantaranya: a. Pendidikan efektif perlu ditingkatkan secara terprogram. b. Pelaksanaan kegaitan kurikuler dan ekstrakurikuler dilakukan dengan penuh kesungguhan dan diperhitungkan dalam penentuan nilai akhir ataupun kelulusan c. Melakukan penyusunan yang mantap terhadap potensi siswa melalui keragaman jenis program studi. d. Memberi perhatian terhadap tenaga kependidikan(prajabatan dan jabatan.

PENGANTAR PENDIDIKAN : BAB VI ALIRAN-ALIRAN PENDIDIKAN

BAB VI Aliran-Aliran Pendidikan Aliran-aliran pendidikan telah dimaulai sejak awal hidup manusia, karena setiap kelompok manusia selalu dihadapkan dengan generasi muda keturunannya yang memerlukan pendidikan yang lebih baik dari orang tuanya. Di dalm kepustakaan tentang aliran-aliran pendidikan, pemikiran-pemikiran tentang pendidikan telah dimulai dari zaman Yunani kuno sampai kini. Oleh karena itu bahasan tersebut hanya dibatasi pada beberapa rumpun aliran klasik, pengaruhnya sampai saat ini dan dua tonggak penting pendidikan di Indonesia. A. ALIRAN KLASIK DAN GERAKAN BARU DALAM PENDIDIKAN Aliran-aliran klasik yang dimaksud adalah aliran empirisme, nativisme, naturalisme, dan konvergensi. Sampai saat ini aliran aliran tersebut masih sering digunakan walaupun dengan pengembangan-pengembangan yang disesuaikan dengan perkembangan zaman. 1. Aliran-aliran Klasik dalam Pendidikan dan Pengaruhnya Terhadap Pemikiran Pendidikan di Indonesia. a. Aliran Empirisme Aliran empirisme bertolak dari Lockean Tradition yang mementingkan stimulsi eksternal dalam perkembangan manusia, dan menyatakan bahwa perkembangan manusia, dan menyatakan bahwa perkembangan anak tergantung kepada lingkungan, sedangkan pembawaan tidak dipentingkan. Pengalaman yang diproleh anak dalam kehidupan sehari-hari didapat dari dunia sekitarnya yang berupa stimulan-stimulan. Stimulasi ini berasal dari alm bebaqs ataupun diciptakan oleh orang dewasa dalam bentuk pendidikan. Tokoh perintisnya adalah John Locke. b. Aliran Nativisme Aliran Nativisme bertolak dari Leinitzian Tradition yang menekankan kemampuan dalam diri anak, sehingga faktor lingkungan termasuk faktor pendidikan, kurang berpengaruh terhadap perkembangan anak. Hasil prkembangan tersebut ditentukan oleh pembawaan yang sudah diperoleh sejak kelahiran. Lingkungan kurang berpengaruh terhadap dan pendidikan anak. c. Aliran Naturalisme Aliran ini dipelopori oleh J.J Rosseau. Rosseau berpendapat bahwa semua anak baru dilahirkan mempunyai pembawaan BAIK. Pembawaan baik akan menjadi rusak karena dipengaruhi lingkungan. Pendidikan yang diberikan orang dewasa malah dapat merusak pembawaan baik anak itu. d. Aliran Konvergensi Aliran Konvergensi dipelopori oleh Wlliam Stern, ia berpedapat bahwa seorang anak dilahirkan di dumia sudah disertai pembawaan baik maupun pembawaan buruk. Proses perkembangan anak, baik faktor pembawaan maupun faktor lingkungan sama sama mempunyai peranan sangat penting. Bakat yang dibawa pada waktu lahir tidak akan berkembang dengan baik tanpa adanya dukungan lingkungan sesuai untuk perkembangan anak itu. e. Pengaruh Aliran Klasik terhadap Pemikiran dan Praktek Pendidikan di Indonesia Di indonesia telah di terapkan berbagai aliran-aliran pendidikan, penerimaan tersebut dilakukan dengan pendekatan efektif fungsional yakni diterima sesuai kebutuhan, namun ditempatkan dalam latar pandangan yang konvergensi. 2. Gerakan Baru Pendidikan dan Pengaruhnya terhadap Pelaksanaan di Indonesia a. Pengajaran Alam Sekitar Gerakan pendidikan yang mendekatkan anak dengan sekitarnya adalah gerakan pengajaran alam sekitar,perintis gerakan ini adalah Fr. A. Finger di Jerman dengan heimatkunde, dan J. Ligthart di Belanda dengan Het Voll Leven. b. Pengajaran Pusat Perhatian Pengajaran pusat perhatian dirintis oleh Ovideminat Decroly dari Belgia dengan pengajaran melalui pusat-pusat minat, disamping pendapatnya tentang pengajaran global. Decroly menyumbangkan dua pendapat yang sangat berguna bagi pendidikan dan pengajaran, yaitu:Metode Global dan Centre d’interet. c. Sekolah Kerja Gerakan sekolah kerja dapat dipandang sebagai titik kulminasi dari pandangan-pandangan yang mementingkan pendidikan keterampilan dalam pendidikan. J.A. Comenius menekankan agar pendidikan mengembangkan pikiran, ingatan, bahasa, dan tangan. J.H. Pestalozzi mengajarkan bermacam-macam mata pelajaran pertukaran di sekolahnya. d. Pengajaran Proyek Pengajaran proyek biasa pula digunakan sebagai salah satu metode mengajar di Indonesia, antara lain dengan nam pengajaran proyek, pengajaran unit, dan sebagainya. Yang perlu ditekankan bahwa pengajaran proyek akan menumbuhkan kemampuan untuk memandang dan memecahkan persoalan secara konprehensif. Pendekatan multidisiplin tersebut makin lama makin penting, utamanya masyarakat maju. B. DUA ALIRAN POKOK PENDIDIKAN DI INDONESIA Dua aliran pokok pendidikan di Indonesia itu di Indonesia itu dimaksudkan adalah Perguruan Kebangsaan Taman Siswa dan Ruang Pendidikan INS Kayu Tanam. Kedua aliran tersebut dipandang sebagai tonggak pemikiran tentang pendidikan di Indonesia. 1. Perguruan Kebangsaan Taman Siswa Perguruan Kebangsaan Taman Siswa didirikan oleh Ki Hajar Dewantara pada tanggal 3 Juli 1932 di yogyakarta, yakni dalam bentuk yayasan. a. Asas dan Tujuan Taman Siswa ¬¬¬Asas Taman Siswa 1) Bahwa setiap orang mempunyai hak mengatur dirinya sendiri dengan terbitnya persatuan dalam peri kehidupan umum. 2) Bahwa pengajaran harus memberi pengetahuan yang berfaedah yang dalam arti lahir dan batin dapat memerdekan diri. 3) Bahwa pengajaran harus berdasar pada kebudayaan dan kebangsaan sendiri. 4) Bahwa pengajaran harus tersebar luas sampai dapat menjangkau kepada seluruh rakyat. 5) Bahwa sebagai konsekuensi hidup dengan kekuatan sendiri maka harus mutlak harus membelanjai sendiri segala usaha yang dilakukan. 6) Bahwa dalam mendidik anak-anak perlu adanya keiklasan lahir dan batin untuk mengobarkan segala kepentinganpribadi demi keselamatan dan kebahagiaan anak-anak. Kemudian ditambahkan dengan asas kemerdekaan, asas kodrat alam, asas kebudayaan, asas kebangsaan, dan asas kemanusiaan. ¬Tujuan Taman Siswa 1) Sebagai badan perjuangan kebudayaan dan pembangunan masyarakat tertib dan damai. 2) Membangun abak didik menjadi manusia yang merdeka lahir dan batin, luhur akal budinya, serta sehat jasmaninya untuk menjadi anggota masyarakat yang berguna dan bertanggung jawab atas keserasian bangsa, tanah air, serta manusia pada umumnya. b. Upaya-upaya yang dilakukan Taman Siswa Beberapa usaha yang dilakukan oleh Rtaman siswa adalah menyiapkan peserta didik yang cerdas dan memiliki kecakapan hidup. Dalam ruang lingkup eksternal Taman siwa membentuk pusat-pusat kegiatan kemasyarakatan. c. Hasil-hasil yang Dicapai Taman siswa telah berhasil menemukakan gagasan tentang pendidikan nasional, lembaga-lembaga pendidikan dari Taman indria sampai Sarjana Wiyata. Taman siswa pun telah melahirkan alumni alumni besar di Indonesia. 2. Ruang Pendidik INS Kayu Tanam Ruang Pendidik INS (Indonesia Nederlandsche School) didirikan oleh Mohammad Sjafei pada tanggal 31 Oktober 1926 di Kayu Tanam (sumatera Barat). a. Asas dan Tujuan Ruang Pendidik INS Kayu Tanam Pada awal didirikan, Ruang Pendidik INS mempunyai asas-asas sebagai berikut 1) Berpikir logis dan rasional 2) Keaktifan atau kegiatan 3) Pendidikan masyarakat 4) Memperhatikan pembawaan anak 5) Menentang intelektualisme Dasar-dasar tersebut kemudian disempurnakan dan mencakup berbagai hal, seperti: syarat-syarat pendidikan yang efektif, tujuan yang ingin dicapai, dan sebagainya. Tujuan Ruang pendidik INS Kayu Tanam adalah: 1) Mendidik rakyat ke arah kemerdekaan 2) Memberi pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat 3) Mendidik para pemuda agar berguna untuk masyarakat 4) Menanamkan kepercayaan terhadap diri sendiri dan berani bertanggung jawab. 5) Mengusahakan mandiri dalam pembiayaan. b. Upaya-upaya Ruang Pendidik INS Kayu Tanam Beberapa usaha yang dilakukan oleh Ruang Pendidik INS Kayu Tanam antara lain menyelenggarakan berbagai jenjang pendidikan, menyiapkan tenaga guru atau pendidik, dan penerbitan mjalah anak-anak Sendi, serta mencetak buku-buku pelajaran. c. Hasil-hasil yang Dicapai Ruang Pendidik INS Kayu Tanam Ruang Pendidik INS Kayu Tanam mengupayakan gagasan-gagasan tentang pendidikan nasional (utamanya pendidikan keterampilan/kerajinan), beberapa ruang pendidikan (jenjang persekolahan), dan sejumlah alumni.

PENGANTAR PENDIDIKAN : BAB V PENGERTIAN , FUNGSI, DAN JENIS LINGKUNGAN PENDIDIKAN

BAB V PENGERTIAN , FUNGSI, DAN JENIS LINGKUNGAN PENDIDIKAN Manusia selama hidupnya selalu akan mendapat pengaruh dari keluarga, sekolah, dan masyarakat luas. Ketiga lingkungan itu sering disebut sebagai tripusat pendidikan. Bab ini akan membahas tentang pengertian dan fungsi lingkungan pendidikan, tripusat pendidikan dan pengaruh timbal balik antara tripusat pendidikan dan perkembangan peserta didik. A. Pengertian dan Fungsi Lingkungan Pendidikan Manusia memiliki kemampuan yang bisa dikembangkan melalui pengalaman. Pengalaman itu terjadi karena interaksi manusia dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial manusia secara efektif dan efisien itulah yang disebut pendidikan. Sedangkan latar tempat berlangsungnya pendidikan itu disebut lingkungan pendidikan, khususnya pada tiga lingkungan utama pendidikan, yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat (Umar Tirtaraharja et. al., 1990:39-40 dalam Tirtarahardja, 2005:163). Menurut Sartain (ahli psikologi Amerika) dalam (Hartoto, 2008) yang dimaksud lingkungan meliputi kondisi dan alam dunia ini yang dengan cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita, pertumbuhan, perkembangan atau life processes. Lingkungan sekitar yang dengan sengaja digunakan sebagai alat dalam proses pendidikan (pakaian, keadaan rumah, alat permainan, buku-buku, alat peraga, dll) dinamakan lingkungan pendidikan (Hartoto, 2008). Lingkungan pendidikan merupakan salah satu unsur di dalam pendidikan sebagai sebuah sistem (Nurchotimah, 2009). Menurut Kosim (2008), lingkungan pendidikan adalah suatu institusi atau kelembagaan dimana pendidikan itu berlangsung. Menurut Mudyahardjo (2008:3), lingkungan pendidikan adalah pendidikan berlangsung dalam segala lingkungan hidup, baik yang khusus diciptakan untuk kepentingan pendidikan maupun yang ada dengan sendirinya. Jadi, lingkungan pendidikan adalah suatu unsur dalam pendidikan berupa tempat, keadaan, alat, peristiwa, orang, benda yang berhubungan dengan pendidikan dan menunjang proses belajar mengajar hingga terwujudnya tujuan pendidikan. Lingkungan pendidikan sangat dibutuhkan dalam proses pendidikan, sebab lingkungan pendidikan tersebut berfungsi menunjang terjadinya proses belajar mengajar secara aman, nyaman, tertib, dan berkelanjutan (Kosim, 2008). Secara umum fungsi lingkungan pendidikan adalah membantu peserta didik dalam interaksi dengan berbagai lingkungan sekitarnya, utamanya berbagai sumber daya pendidikan yang tersedia, agar dapat mencapai tujuan pendidikan yang optimal (Hartoto, 2008). Menurut UU RI No. 20 tahun 2003 tentang UU SISDIKNAS Pasal 1 ayat 11-13, pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formalyang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Sedangkan pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan. Lingkungan disini dapat berupa masyarakat. Masyarakat akan dapat berfungsi dengan sebaik-baiknya jika setiap individu belajar berbagai hal, baik pola-pola tingkah laku umum maupun peranan yang berbeda-beda. Untuk itu proses pendidikan harus berfungsi untuk mengajarkan tingkah laku umum dan untuk menyeleksi dan menyiapkan individu untuk peranan-peranan tertentu. Pelaksanaan pendidikan dilakukan melalui tiga kegiatan yaitu membimbing, mengajar, dan melatih (Ayat 1 Pasal 1 UU RI No. 2/1989 dalam Tirtarahardja, 2005:165). Meskipun ketiga kegiatan itu pada hakikatnya tri tunggal, namun dapat dibedakan aspek tujuan pokok dari ketiganya yaitu: 1. Membimbing, berkaitan dengan pemantapan jati diri dan pribadi dari segi-segi perilaku umum (aspek afektif). 2. Mengajar, berkaitan dengan penguasaan ilmu pengetahuan (aspek kognitif). 3. Melatih, berkaitan dengan keterampilan dan kemahiran (aspek psikomotorik). Pemantapan ketiga sisi tujuan pendidikan itu yakni manusia yang sadar akan harkat dan martabatnya, menguasai ilmu pengetahuan, dan memiliki suatu spesialisasi/keterampilan tertentu, yang disebut sebagai manusia seutuhnya. Di masa depan ketiga sisi itu sangat penting karena harus mampu menyesuaikan diri dengan era globalisasi dan kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dan dari segi lain, harus mampu memenangkan persaingan yang semakin ketat dan tampil sebagai yang unggul dalam bidang spesialisasinya. Karena itu peningkatan fungsi ketiga lingkungan pendidikan, baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama akan sangat penting dalam mewujudkan sumber daya manusia yang bermutu. B. Tripusat Pendidikan Kehidupan manusia merupakan kehidupan yang terintegrasi dan kontinyu serta tidak dapat dilepaskan antara satu dengan lainnya. Manusia sepanjang hidupnya akan selalu menerima pengaruh dari lingkungan pendidikan. Ki Hajar Dewantara misalnya memperkenalkan dengan istilah tripusat pendidikan; yang dimaksud adalah lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat, dimana anak mendapatkan pendidikannya (Soelaeman, 1988). 1. Keluarga Keluarga merupakan lingkungan pendidikan pertama dan terpenting. Dikatakan pertama karena dalam keluarga inilah anak pertama-tama mendapatkan didikan dan bimbingan. Dikatakan terpenting karena sebagian besar dari kehidupan anak adalah dalam keluarga. Sehingga pendidikan yang paling banyak diterima oleh anak adalah dalam keluarga (Indrakusuma, 1973:109). Hartoto (2008) mendefinisikan keluarga sebagai berikut: Keluarga merupakan lembaga pendidikan tertua, bersifat informal, yang pertama dan utama dialamai oleh anak serta lembaga pendidikan yang bersifat kodrati orang tua bertanggung jawab memelihara, merawat, melindungi, dan mendidik anak agar tumbuh adn berkembang dengan baik. Tugas utama keluarga bagi pendidikan anak adalah meletakkan dasar-dasar pendidikan akhlak dan pandangan hidup keagamaan. Sifat dan tabiat anak sebagian besar diambil dari kedua orangtuanya dan anggota keluarga yang lain. Faktor-faktor dalam keluarga yang mempengaruhi tumbuh kembangnya anak, seperti kebudayaan, tingkat kemakmuran, keadaan perumahannya, dan sebagainya. Dengan kata lain, tumbuh kembang anak dipengaruhi oleh keseluruhan situasi dan kondisi keluarganya. Perkembangan kebutuhan dan aspirasi individu maupun masyarakat, menyebabkan peran keluarga tehadap pendidikan anak-anaknya juga mengalami perubahan. Dengan meningkatnya kebutuhan dan aspirasi anak, maka keluarga pada umunya tidak mampu memenuhinya. Oleh karena itu, sebagian dari tujuan pendidikan itu akan dicapai melalui jalur pendidikan formal ataupun nonformal (kursus, kelompok belajar, dan sebagainya). Dalam UU RI No. 20 tahun 2003 tentang UU SISDIKNAS Pasal 7 ayat 2 disebutkan bahwa orang tua dari anak usia wajib belajar, berkewajiban memberikan pendidikan dasar kepada anaknya. Dari penjelasan tersebut dapat di ketahui bahwa orang tua atau keluarga sangat berperan untuk mendidik anak dalam hal agama, budaya, dan moral. Keluarga merupakan tempat pendidikan yang sempurna sifat dan wujudnya untuk melangsungkan pendidikan ke arah pembentukan pribadi yang utuh, tidak hanya bagi anak-anak tetapi juga bagi para remaja. 2. Sekolah Di antara tiga pusat pendidikan, sekolah merupakan sarana secara sengaja dirancang untuk melaksanakan pendidikan. Tidak semua tugas mendidik dapat dilaksanakan oleh orangtua dalam keluarga terutama dalam hal ilmu pengetahuan. Keluarga tidak mungkin lagi memenuhi seluruh kebutuhan dan aspirasi generasi muda terhadap IPTEK. Semakin maju masyarakat semakin penting peranan sekolah dalam mempersiapkan generasi muda sebelum masuk dalam proses pembangunan masyarakatnya itu. Sekolah sebagai pusat pendidikan adalah sekolah yang mencerminkan masyarakat maju karena pemanfaatan secara optimal ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi tetap berpijak pada ciri keindonesiaan. Dengan demikian, pendidikan di sekolah seharusnya secara seimbang dan serasi menjamah aspek pembudayaan, pengusaan pengetahuan, dan pemilikan keterampilan peserta didik. Suatu alternatif yang mungkin dilakukan sesuai dengan situasi dan kondisi sekolah, antara lain: a. Pengajaran yang Mendidik Dalam upaya mewujudkan pengajaran yang mendidik, perlu pula dikemukakan bahwa setiap keputusan dan tindakan guru dalam rangka kegiatan belajar mengajar akan membawa berbagi dampak atau efek kepada siswa, baik efek instruksional (instructional effect) yang merupakan efek langsung dari bahan ajaran yang menjadi isi pesan dari belajar mengajar, maupun efek pengiring (nuturant effect) yang merupakan efek tidak langsung dari bahan ajaran dan atau pengalaman belajar yang dihayati oleh siswa sebagai akibat dari strategi belajar mengajar yang menjadi landasan dari kegiatan belajar mengajar tersebut. Baik efek instruksional maupun efek pengiring merupakan hal yang sangat penting dalam setiap kegiatan belajar mengajar, yang harus mendapat perhatian yang seimbang oleh setiap guru dalam perancangan dan pelaksanaan program belajar mengajar (Sulo Lipu La Sulo, 1990: 55-54 dalam Tirtarahardja, 2005:175). Dengan demikian, pemilihan kegiatan belajar mengajar yang tepat, baik ditinjau dari efek instruksional maupun efek pengiring, akan memberikan pengalaman belajar siswa yang efisien dan efektif untuk mewujudkan pengembangan manusia Indonesia seutuhnya. b. Peningkatan dan Pemantapan Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling (BK) di Sekolah Seperti diketahui, bidang garapan BK adalah perkembangan pribadi peserta didik, khususnya aspek sikap dan perilaku atau kawasan efektif. Pengembangan kepribadian ke arah penyadaran jati diri sebagai manusia Indonesia merupakan sisi lain dari tujuan pendidikan, di samping penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pendidikan afektif dapat diawali dengan kajian tentang nilai dan sikap yang seharusnya dikejar lebih jauh dalam perwujudannya melalui perilaku sehari-hari, khusunya selama berada di sekolah. Sekolah seharusnya dikembangkan menjadi pusat pendidikan dan kebudayaan yang mencerminkan suatu masyarakat Pancasilais. c. Pengembangan Perpustakaan Sekolah Dengan kedudukan perpustakaan sekolah sebagai pusat sumber belajar (PSB) diharapkan perannya akan lebih aktif dalam mendukung program pengajaran, bahkan dapat berperan sebagai “mitra kelas” dalam upaya menjawab tantangan perkembangan iptek yang semakin cepat. Pengembangan PSB itu dapat dilakukan secara bertahap sehingga pada akhirnya dapat berperan ganda yakni sebagai “mitra kelas” dalam proses belajar mengajar dan tempat pengkajian berbagai pengembangan sistem instruksional. Suatu PSB yang memadai akan dapat mendorong siswa dan warga sekolah lainnya untuk belajar mandiri. d. Peningkatan dan Pemantapan Program Pengelolaan Sekolah Khususnya yang terkait dengan peserta didik, pengelolaan sekolah sebagai pusat pendidikan dan kebudayaan seharusnya merupakan refleksi dari suatu masyarakat Pancasilais sebagaimana yang dicita-citakan dalam tujuan nasional. Iklim kehidupan di sekolah mencerminkan kehidupan masyarakat yang dicita-citakan yakni masyarakat demokratis yang dinamis dan terbuka. Demikianlah beberapa alternatif yang dapat dilakukan untuk meningkatkan fungsi sekolah sebagai salah satu pusat pendidikan. 3. Masyarakat Kaitan antara masyarakat dan pendidikan dapat ditinjau dari tiga segi, yakni: a. Masyarakat sebagai penyelenggara pendidikan, baik yang dilembagakan maupun yang tidak dilembagakan. b. Lembaga-lembaga kemasyarakatan dan atau kelompok sosial di masyarakat, baik langsung maupun tidak langsung, ikut mempunyai peran dan fungsi edukatif. c. Dalam masyarakat tersedia berbagai sumber belajar, baik yang dirancang (by design) maupun yang dimanfaatkan (utility). Fungsi masyarakat sebagai pusat pendidikan sangat tergantung pada taraf perkembangan dari masyarakat itu beserta sumber-sumber belajar yang tersedia di dalamnya. Terdapat sejumlah lembaga kemasyarakatan dan atau kelompok sosial yang mempunyai peran dan fungsi edukatif yang besar, antara lain: kelompok sebaya, organisasi kepemudaan, organisai keagamaan, organisasi politik, media massa, dan sebagainya. Lembaga atau kelompok sosial tersebut pada umumnya memberikan kontribusi bukan hanya dalam proses sosialisasi, tetapi juga dalam peningkatan pengetahuan dan keterampilan anggotanya. Setelah keluarga, kelompok sebaya mungkin paling besar pengaruhnya terhadap pembentukan kepribadian, terutama pada saat anak berusaha melepaskan diri dari pengaruh kekuasaan orang tua. Pada masa peralihan ini sering terjadi konflik antara orang tua dan anak. Yang dimaksud kelompok sebaya (peers group) adalah suatu kelompok yang terdiri orang-orang yang bersamaan usianya, antara lain: kelompok bermain pada masa kanak-kanak, kelompok monoseksual yang hanya beranggotakan anak-anak sejenis kelamin, atau gang yaitu kelompok anak-anak nakal. Dampak edukatif dari keanggotaan kelompok sebaya itu antara lain karena interaksi sosial yang intensif dan dapat terjadi setiap waktu, dan dengan melalui peniruan (model) serta mekanisme penerimaan/penolakan kelompok. Terdapat beberapa fungsi kelompok sebaya terhadap anggotanya (Wayan Ardhana, 1968: Modul 5/19 dalam Tirtarahardja, 2005:181) antara lain: a. Mengajar berhubungan dan menyesuaikan diri dengan orang lain. b. Memperkenalkan kehidupan masyarakat yang lebih luas. c. Menguatkan sebagian dari nilai-nilai yang berlaku dalam kehidupan masyarakat orang dewasa. d. Memberikan kepada anggota-anggotanya cara-cara untuk membebaskan diri dari penguasaan kekuasaan otoritas. e. Memberikan pengalaman untuk mengadakan hubungan yang didasarkan pada prinsip permasaan hak. f. Memberikan pengetahuan yang tidak bisa diberikan oleh keluarga secara memuaskan (pengetahuan mengenai cita rasa berpakaian, musik, jenis tingkah laku tertentu, dan lain-lain). g. Memperluaskan cakrawala pengalaman anak, sehingga ia orang yang lebih kompleks. Organisasi kepemudaan pada umumnya mempunyai prinsip dasar yang sama yakni menyalurkan hasrat kelompok pemuda kepada hal-hal yang berguna. Organisasi ini mempunyai berbagai jenis latar belakang yang berbeda, seperti sosial-edukatif (OSIS, PMR, Pramuka, dan sebagainya), sosial keagamaan, sosial-politik dan lain sebagainya. Disamping penambahan pengetahuan dan keterampilan, organisasi kepemudaan tersebut terutama sangat bermanfaat dalam membantu proses sosialisasi serta mengembangkan aspek afektif dari kepribadian (kejujuran, disiplin, tanggung jawab, dan kemandirian). Peranan organisasi keagamaan pada umumnya sangat penting karena berkaitan dengan keyakinan agama. Organisasi ini menyediakan pendidikan bagi anak-anaknya, yakni: a. Mengajarkan keyakinan serta praktek-praktek keagamaan dengan cara memberikan pengalaman-pengalaman yakng menyenangkan bagi mereka. b. Mengajarkan kepada mereka tingkah laku dan prinsip-prinsip moral yang sesuai dengan keyakinan-keyakinan agamanya. c. Memberikan model-model perkembangan bagi watak. C. Pengaruh Timbak Balik antara Tripusat Pendidikan Terhadap Perkembangan Peserta Didik Perkembangan peserta didik dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni hereditas, lingkungan, proses perkembangan, dan anugerah. Khusus untuk faktor lingkungan, peran tripusat pendidikan itulah yang paling menentukan, baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama. Dikaitkan dengan tiga poros kegiatan utama pendidikan (membimbing, mengajar, dan melatih), peranan ketiga tripusat pendidikan bervariasi meskipun ketiganya melakukan tiga kegiatan pokok dalam pendidikan. Setiap pusat pendidikan dapat berpeluang memberikan kontribusi yang besar dalam ketiga kegiatan pendidikan, yakni: 1. Pembimbingan dalam upaya pemantapan pribadi yang berbudaya. 2. Pengajaran dalam upaya penguasaan pengetahuan. 3. Pelatihan dalam upaya pemahiran keterampilan.

Makalah Pengantar Pendidikan : Permasalahan Pendidikan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Ini dibuktikan antara lain dengan data UNESCO (2000) tentang peringkat Indeks Pengembangan Manusia (Human Development Index), yaitu komposisi dari peringkat pencapaian pendidikan, kesehatan, dan penghasilan per kepala yang menunjukkan, bahwa indeks pengembangan manusia Indonesia makin menurun. Di antara 174 negara di dunia, Indonesia menempati urutan ke-102 (1996), ke-99 (1997), ke-105 (1998), dan ke-109 (1999). Menurut survei Political and Economic Risk Consultant (PERC), kualitas pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia. Posisi Indonesia berada di bawah Vietnam. Data yang dilaporkan The World Economic Forum Swedia (2000), Indonesia memiliki daya saing yang rendah, yaitu hanya menduduki urutan ke-37 dari 57 negara yang disurvei di dunia. Dan masih menurut survai dari lembaga yang sama Indonesia hanya berpredikat sebagai follower bukan sebagai pemimpin teknologi dari 53 negara di dunia. Memasuki abad ke- 21 dunia pendidikan di Indonesia menjadi heboh. Kehebohan tersebut bukan disebabkan oleh kehebatan mutu pendidikan nasional tetapi lebih banyak disebabkan karena kesadaran akan bahaya keterbelakangan pendidikan di Indonesia. Perasan ini disebabkan karena beberapa hal yang mendasar. Salah satunya adalah memasuki abad ke- 21 gelombang globalisasi dirasakan kuat dan terbuka. Kemajaun teknologi dan perubahan yang terjadi memberikan kesadaran baru bahwa Indonesia tidak lagi berdiri sendiri. Indonesia berada di tengah-tengah dunia yang baru, dunia terbuka sehingga orang bebas membandingkan kehidupan dengan negara lain. Yang kita rasakan sekarang adalah adanya ketertinggalan didalam mutu pendidikan. Baik pendidikan formal maupun informal. Dan hasil itu diperoleh setelah kita membandingkannya dengan negara lain. Pendidikan memang telah menjadi penopang dalam meningkatkan sumber daya manusia Indonesia untuk pembangunan bangsa. Oleh karena itu, kita seharusnya dapat meningkatkan sumber daya manusia Indonesia yang tidak kalah bersaing dengan sumber daya manusia di negara-negara lain. Setelah kita amati, nampak jelas bahwa masalah yang serius dalam peningkatan mutu pendidikan di Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan di berbagai jenjang pendidikan, baik pendidikan formal maupun informal. Dan hal itulah yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan yang menghambat penyediaan sumber daya menusia yang mempunyai keahlian dan keterampilan untuk memenuhi pembangunan bangsa di berbagai bidang. Karena hal tersebut, penulis mengangkat tema mengenai permasalahan pendidikan di Indonesia serta penanggulangannya. B. RUMUSAN MASALAH 1. Apa permasalahan pokok pendidikan di Indonesia? 2. Apa saja yang menjadi jenis permasalahan pokok pendidikan? 3. Bagaimana hubungan saling keterkaitan antara masalah-masalah pendidikan? 4. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi berkembangnya masalah pendidikan? 5. Bagaimana solusi dalam menanggulangi masalah pendidikan di Indonesia? C. TUJUAN PENULISAN 1. Untuk dapat menjelaskan permasalahan pokok pendidikan di Indonesia. 2. Untuk dapat mendeskripsikan jenis permasalahan pokok pendidikan di Indonesia. Mendeskripsikan hal-hal yang menjadi penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia. 3. Untuk dapat mengetahui hubungan saling keterkaitan antara masalah-masalah pendidikan 4. Untuk dapat menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi berkembangnya masalah pendidikan. 5. Untuk dapat mendeskripsikan solusi dalam menanggulangi masalah pendidikan di Indonesia. D. MANFAAT PENULISAN 1. Bagi Mahasiwa, dapat menjadi sumber pengetahuan dan bahan kajian belajar dalam rangka meningkatkan prestasi diri pada khususnya dan meningkatkan kualitas pendidikan pada umumnya. 2. Bagi Pemerintah dan Masyarakat (termasuk guru, dosen dan orang tua), dapat menjadi acuan sikap ataupun tindakan yang akan dilakukan untuk mengatasi berbagai permasalahan pendidikan di Indonesia. BAB II PEMBAHASAN Pendidikan mempunyai tugas menyiapkan sumber daya manusia unuk pembangunan. Derap langkah pembangunan selalu diupayakan seirama dengan tuntutan zaman. Perkembangan zaman selalu memunculkan persoalan-persoalan baru yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Bab ini akan mengkaji mengenai permasalahan pokok pendidikan, dan saling keterkaitan antara pokok tersbut, faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangannya dan masalah-masalah aktual beserta cara penanggulangannya. A. PERMASALAHAN POKOK PENDIDIKAN Pada dasarnya ada dua permasalahan pokok pendidikan yang kita hadapai saat ini, yaitu: a. Bagaimana semua warganegara dapat menikmati kesempatan pendidikan. b. Bagaimana pendidikan dapat membekali peserta didik dengan keterampilan kerja yang antap untuk dapat terjun ke dalam kancah kehidupan bermasyarakat. B. JENIS PERMASALAH POKOK PENDIDIKAN Masalah pokok pendidikan yang menjadi kesepakatan nasional yang perlu diprioritaskan penanggulangannya ada empat macam yaitu: masalah pemerataan pendidikan, masalah mutu pendidikan, masalah efisiensi pendidikan, maslah relevansi pendidikan. 1. Masalah Pemerataan Pendidikan Masalah pemerataan pendidikan adalah persoalan bagaimana sistem pendidikan dapat menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya kepada seluruh warganegara untuk memperoleh pendidikan. Pelaksanaan pendidikan yang merata adalah pelaksanaan program pendidikan yang dapat menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya bagi seluruh warga negara Indonesia untuk dapat memperoleh pendidikan. Pemerataan dan perluasan pendidikan atau biasa disebut perluasan keempatan belajar merupakan salah satu sasaran dalam pelaksanaan pembangunan nasional. Hal ini dimaksudkan agar setiap orang mempunyai kesempatan yang sama unutk memperoleh pendidikan. Kesempatan memperoleh pendidikan tersebut tidak dapat dibedakan menurut jenis kelamin, status sosial, agama, amupun letak lokasi geografis. Masalah ini dapat dipecahkan dengan dua cara yaitu dengan cara konvensional dan cara inovatif. Cara konvensional misalnya pembangunan gedung sekolah dan pergantian jam belajar. Cara inovatif misalnya sistem guru kunjung dan Sekolah Terbuka. 2. Masalah Mutu Pendidikan Mutu pendidikan dipermasalahkan jika hasil pendidikan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Masalah mutu pendidikan juga mencakup masalah pemerataan mutu pendidikan. Pemecahan masalah mutu pendidikan dalam garis besarnya meliputi hal-hal yang bersifat fisik dan perangkat lunak, personalia, dan manajemen pendidikan. 3. Masalah Efisiensi Pendidikan Beberapa masalah dalam kaitannya dengan efisiensi pendidikan antara lain: a. Bagaimana memfungsikan tenaga pendidikan. b. Bagaimana sarana dan prasarana pendidikan digunakan c. Bagaimana pendidikan diselenggarakan d. Masalah efisiensi dalam memfungsikan tenaga 4. Masalah Relevansi Pendidikan Sebenarnya kriteria relevansi cukup ideal jika dikaitkan dengan kondisi sistem pendidikan pada umumnya dan gambatan tentang kerjaan yang ada antara lain sebagai berikut. a. Status lembaga pendidikan yang bermacam-macam b. Sistem pendidikan tidak pernah menghasilkan luaran yang siap pakai. Yang ada ialah siap kembang. c. Tidak tersedianya pete kebutuhan tenaga kerja dengan persyaratannya yang digunakan sebagai pedoman oleh lembaga-lembaga pendidikan untuk menyusun programnya. Selain beberapa permasalahan pokok pendidikan di atas, berikut ini akan dipaparkan pula secara khusus beberapa masalah yang dihadapi pendidikan Indonesia. 1. Rendahnya Kualitas Sarana Fisik Untuk sarana fisik misalnya, banyak sekali sekolah dan perguruan tinggi kita yang gedungnya rusak, kepemilikan dan penggunaan media belajar rendah, buku perpustakaan tidak lengkap. Sementara laboratorium tidak standar, pemakaian teknologi informasi tidak memadai dan sebagainya. Bahkan masih banyak sekolah yang tidak memiliki gedung sendiri, tidak memiliki perpustakaan, tidak memiliki laboratorium dan sebagainya. Data Balitbang Depdiknas (2003) menyebutkan untuk satuan SD terdapat 146.052 lembaga yang menampung 25.918.898 siswa serta memiliki 865.258 ruang kelas. Dari seluruh ruang kelas tersebut sebanyak 364.440 atau 42,12% berkondisi baik, 299.581 atau 34,62% mengalami kerusakan ringan dan sebanyak 201.237 atau 23,26% mengalami kerusakan berat. Kalau kondisi MI diperhitungkan angka kerusakannya lebih tinggi karena kondisi MI lebih buruk daripada SD pada umumnya. Keadaan ini juga terjadi di SMP, MTs, SMA, MA, dan SMK meskipun dengan persentase yang tidak sama. 2. Rendahnya Kualitas Guru Keadaan guru di Indonesia juga amat memprihatinkan. Kebanyakan guru belum memiliki profesionalisme yang memadai untuk menjalankan tugasnya sebagaimana disebut dalam pasal 39 UU No 20/2003 yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan, melakukan pelatihan, melakukan penelitian dan melakukan pengabdian masyarakat. Bukan itu saja, sebagian guru di Indonesia bahkan dinyatakan tidak layak mengajar. Persentase guru menurut kelayakan mengajar dalam tahun 2002-2003 di berbagai satuan pendidikan sbb: untuk SD yang layak mengajar hanya 21,07% (negeri) dan 28,94% (swasta), untuk SMP 54,12% (negeri) dan 60,99% (swasta), untuk SMA 65,29% (negeri) dan 64,73% (swasta), serta untuk SMK yang layak mengajar 55,49% (negeri) dan 58,26% (swasta). Kelayakan mengajar itu jelas berhubungan dengan tingkat pendidikan guru itu sendiri. Data Balitbang Depdiknas (1998) menunjukkan dari sekitar 1,2 juta guru SD/MI hanya 13,8% yang berpendidikan diploma D2-Kependidikan ke atas. Selain itu, dari sekitar 680.000 guru SLTP/MTs baru 38,8% yang berpendidikan diploma D3-Kependidikan ke atas. Di tingkat sekolah menengah, dari 337.503 guru, baru 57,8% yang memiliki pendidikan S1 ke atas. Di tingkat pendidikan tinggi, dari 181.544 dosen, baru 18,86% yang berpendidikan S2 ke atas (3,48% berpendidikan S3). Walaupun guru dan pengajar bukan satu-satunya faktor penentu keberhasilan pendidikan tetapi, pengajaran merupakan titik sentral pendidikan dan kualifikasi, sebagai cermin kualitas, tenaga pengajar memberikan andil sangat besar pada kualitas pendidikan yang menjadi tanggung jawabnya. Kualitas guru dan pengajar yang rendah juga dipengaruhi oleh masih rendahnya tingkat kesejahteraan guru. 3. Rendahnya Kesejahteraan Guru Rendahnya kesejahteraan guru mempunyai peran dalam membuat rendahnya kualitas pendidikan Indonesia. Berdasarkan survei FGII (Federasi Guru Independen Indonesia) pada pertengahan tahun 2005, idealnya seorang guru menerima gaji bulanan serbesar Rp 3 juta rupiah. Sekarang, pendapatan rata-rata guru PNS per bulan sebesar Rp 1,5 juta. guru bantu Rp, 460 ribu, dan guru honorer di sekolah swasta rata-rata Rp 10 ribu per jam. Dengan pendapatan seperti itu, terang saja, banyak guru terpaksa melakukan pekerjaan sampingan. Ada yang mengajar lagi di sekolah lain, memberi les pada sore hari, menjadi tukang ojek, pedagang mie rebus, pedagang buku/LKS, pedagang pulsa ponsel, dan sebagainya (Republika, 13 Juli, 2005). Dengan adanya UU Guru dan Dosen, barangkali kesejahteraan guru dan dosen (PNS) agak lumayan. Pasal 10 UU itu sudah memberikan jaminan kelayakan hidup. Di dalam pasal itu disebutkan guru dan dosen akan mendapat penghasilan yang pantas dan memadai, antara lain meliputi gaji pokok, tunjangan yang melekat pada gaji, tunjangan profesi, dan/atau tunjangan khusus serta penghasilan lain yang berkaitan dengan tugasnya. Mereka yang diangkat pemkot/pemkab bagi daerah khusus juga berhak atas rumah dinas. Tapi, kesenjangan kesejahteraan guru swasta dan negeri menjadi masalah lain yang muncul. Di lingkungan pendidikan swasta, masalah kesejahteraan masih sulit mencapai taraf ideal. Diberitakan Pikiran Rakyat 9 Januari 2006, sebanyak 70 persen dari 403 PTS di Jawa Barat dan Banten tidak sanggup untuk menyesuaikan kesejahteraan dosen sesuai dengan amanat UU Guru dan Dosen (Pikiran Rakyat 9 Januari 2006). 4. Rendahnya Prestasi Siswa Dengan keadaan yang demikian itu (rendahnya sarana fisik, kualitas guru, dan kesejahteraan guru) pencapaian prestasi siswa pun menjadi tidak memuaskan. Sebagai misal pencapaian prestasi fisika dan matematika siswa Indonesia di dunia internasional sangat rendah. Menurut Trends in Mathematic and Science Study (TIMSS) 2003 (2004), siswa Indonesia hanya berada di ranking ke-35 dari 44 negara dalam hal prestasi matematika dan di ranking ke-37 dari 44 negara dalam hal prestasi sains. Dalam hal ini prestasi siswa kita jauh di bawah siswa Malaysia dan Singapura sebagai negara tetangga yang terdekat. Dalam hal prestasi, 15 September 2004 lalu United Nations for Development Programme (UNDP) juga telah mengumumkan hasil studi tentang kualitas manusia secara serentak di seluruh dunia melalui laporannya yang berjudul Human Development Report 2004. Di dalam laporan tahunan ini Indonesia hanya menduduki posisi ke-111 dari 177 negara. Apabila dibanding dengan negara-negara tetangga saja, posisi Indonesia berada jauh di bawahnya. Dalam skala internasional, menurut Laporan Bank Dunia (Greaney,1992), studi IEA (Internasional Association for the Evaluation of Educational Achievement) di Asia Timur menunjukan bahwa keterampilan membaca siswa kelas IV SD berada pada peringkat terendah. Rata-rata skor tes membaca untuk siswa SD: 75,5 (Hongkong), 74,0 (Singapura), 65,1 (Thailand), 52,6 (Filipina), dan 51,7 (Indonesia). Anak-anak Indonesia ternyata hanya mampu menguasai 30% dari materi bacaan dan ternyata mereka sulit sekali menjawab soal-soal berbentuk uraian yang memerlukan penalaran. Hal ini mungkin karena mereka sangat terbiasa menghafal dan mengerjakan soal pilihan ganda. Selain itu, hasil studi The Third International Mathematic and Science Study-Repeat-TIMSS-R, 1999 (IEA, 1999) memperlihatkan bahwa, diantara 38 negara peserta, prestasi siswa SLTP kelas 2 Indonesia berada pada urutan ke-32 untuk IPA, ke-34 untuk Matematika. Dalam dunia pendidikan tinggi menurut majalah Asia Week dari 77 universitas yang disurvai di asia pasifik ternyata 4 universitas terbaik di Indonesia hanya mampu menempati peringkat ke-61, ke-68, ke-73 dan ke-75. 5. Kurangnya Pemerataan Kesempatan Pendidikan Kesempatan memperoleh pendidikan masih terbatas pada tingkat Sekolah Dasar. Data Balitbang Departemen Pendidikan Nasional dan Direktorat Jenderal Binbaga Departemen Agama tahun 2000 menunjukan Angka Partisipasi Murni (APM) untuk anak usia SD pada tahun 1999 mencapai 94,4% (28,3 juta siswa). Pencapaian APM ini termasuk kategori tinggi. Angka Partisipasi Murni Pendidikan di SLTP masih rendah yaitu 54, 8% (9,4 juta siswa). Sementara itu layanan pendidikan usia dini masih sangat terbatas. Kegagalan pembinaan dalam usia dini nantinya tentu akan menghambat pengembangan sumber daya manusia secara keseluruhan. Oleh karena itu diperlukan kebijakan dan strategi pemerataan pendidikan yang tepat untuk mengatasi masalah ketidakmerataan tersebut. 6. Rendahnya Relevansi Pendidikan Dengan Kebutuhan Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya lulusan yang menganggur. Data BAPPENAS (1996) yang dikumpulkan sejak tahun 1990 menunjukan angka pengangguran terbuka yang dihadapi oleh lulusan SMU sebesar 25,47%, Diploma/S0 sebesar 27,5% dan PT sebesar 36,6%, sedangkan pada periode yang sama pertumbuhan kesempatan kerja cukup tinggi untuk masing-masing tingkat pendidikan yaitu 13,4%, 14,21%, dan 15,07%. Menurut data Balitbang Depdiknas 1999, setiap tahunnya sekitar 3 juta anak putus sekolah dan tidak memiliki keterampilan hidup sehingga menimbulkan masalah ketenagakerjaan tersendiri. Adanya ketidakserasian antara hasil pendidikan dan kebutuhan dunia kerja ini disebabkan kurikulum yang materinya kurang funsional terhadap keterampilan yang dibutuhkan ketika peserta didik memasuki dunia kerja. 7. Mahalnya Biaya Pendidikan Pendidikan bermutu itu mahal. Kalimat ini sering muncul untuk menjustifikasi mahalnya biaya yang harus dikeluarkan masyarakat untuk mengenyam bangku pendidikan. Mahalnya biaya pendidikan dari Taman Kanak-Kanak (TK) hingga Perguruan Tinggi (PT) membuat masyarakat miskin tidak memiliki pilihan lain kecuali tidak bersekolah. Orang miskin tidak boleh sekolah. Untuk masuk TK dan SDN saja saat ini dibutuhkan biaya Rp 500.000, — sampai Rp 1.000.000. Bahkan ada yang memungut di atas Rp 1 juta. Masuk SLTP/SLTA bisa mencapai Rp 1 juta sampai Rp 5 juta. Makin mahalnya biaya pendidikan sekarang ini tidak lepas dari kebijakan pemerintah yang menerapkan MBS (Manajemen Berbasis Sekolah). MBS di Indonesia pada realitanya lebih dimaknai sebagai upaya untuk melakukan mobilisasi dana. Karena itu, Komite Sekolah/Dewan Pendidikan yang merupakan organ MBS selalu disyaratkan adanya unsur pengusaha. Pendidikan berkualitas memang tidak mungkin murah, atau tepatnya, tidak harus murah atau gratis. Tetapi persoalannya siapa yang seharusnya membayarnya? Pemerintahlah sebenarnya yang berkewajiban untuk menjamin setiap warganya memperoleh pendidikan dan menjamin akses masyarakat bawah untuk mendapatkan pendidikan bermutu. Akan tetapi, kenyataannya Pemerintah justru ingin berkilah dari tanggung jawab. Padahal keterbatasan dana tidak dapat dijadikan alasan bagi Pemerintah untuk ‘cuci tangan’. C. SALING KETERKAITAN ANTARA MASALAH-MASALAH PENDIDIKAN Ada dua faktor penghambat perbaikan mutu pendidikan. Yaitu: gerakan perluasan pendidikan untuk melayani pemerataan kesempatan pendidikan bagi rakyat banyak memerlukan penghimpunan dan pengarahan dana dan daya. Faktor kedua, kondisi satuan-satuan pendidikan pada saat demikian mempersulit upaya peningkatan mutu karena jumlah murid dalam kelas terlalu banyak, tenaga pendidik kurang kompeten, sarana yang tidak memadai, dan seterusnya. D. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BERKEMBANGNYA MASALAH PENDIDIKAN Faktor-faktor yang mempengaruhi berkembangnya masalah pendidikan antara lain: perkembangan iptek dan seni, laju pertumbuhan penduduk, aspirasi masyarakat dan keterbelakangan budaya dan sarana kehidupan. 1. Perkembangan IPTEK dan Seni Sejalan dengan berkembangnya arus globalisasi di negara kita, terutama dengan pesatnya peningkatan teknologi komunikasi, membuat segala sesuatu harus dilakukan dengan cepat dan tepat. Implikasinya di dalm masyarakat sangat tersa. Oleh karena itu pendidikan harsu senantiasa menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. Seni merupakan kebutuhan hidup manusia. Pengembangan kualitas seni secara terprogram menuntut tersedianya sarana pendidikan tersendiri disamping program-program lain dalam sistem pendidikan. 2. Laju Pertumbuhan Penduduk Masalah kependudukan dan pendidikan bersumber pada 2 hal yaitu:pertambahan penduduk dan penyebaran penduduk. 3. Aspirasi Masyarakat Belakangan ini aspirasi masyarakat semakin meningkat sejalan dengan peningkatan pemahaman masyarakat terhadap ‘reformasi’. Aspirasi tersebut menyangkut kesempatan pendidikan, kelayakan pendidikan dan jaminan terhadap taraf hidup setelah mereka menjalani proses pendidikan. 4. Keterbelakangn Budaya dan Sarana Kehidupan Keterbelakangan budaya disebabkan beberapa hal misalnya letak geografis yang terpencil dan sulit dijangkau, penolakan masyarakat terhadap unsur budaya baru karena dikhawatirkan akan mengikis kebudayaan lama, dan ketidakmampuan ekonomis menyangkut unsur kebudayaan tersebut. E. PERMASALAHAN AKTUAL PENDIDIKAN DAN PENANGGULANGANNYA 1. Permasalahan Aktual Pendidikan di Indonesia Permasalahan aktual pendidikan di Indonesia sangat kompleks dan semakin berkembang sejalan dengan perkembangan zaman dan kemapanan sumber daya manusia. Masalah masalah tersebut antara lain: a. Masalah Keutuhan Pencapaian sasaran b. Masalah Kurikulum c. Masalah Peranan Guru d. Masalah Pendidikan Dasar 9 Tahun 2. Upaya Penanggulangan Beberapa upaya dilakukan untuk menanggulangi masalah masalah aktual tersebut, diantaranya: a. Pendidikan efektif perlu ditingkatkan secara terprogram. b. Pelaksanaan kegaitan kurikuler dan ekstrakurikuler dilakukan dengan penuh kesungguhan dan diperhitungkan dalam penentuan nilai akhir ataupun kelulusan c. Melakukan penyusunan yang mantap terhadap potensi siswa melalui keragaman jenis program studi. d. Memberi perhatian terhadap tenaga kependidikan(prajabatan dan jabatan) Presiden memaparkan beberapa langkah yang akan dilakukan oleh pemerintah dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, antara lain yaitu: 1. Langkah pertama yang akan dilakukan pemerintah, yakni meningkatkan akses terhadap masyarakat untuk bisa menikmati pendidikan di Indonesia. Tolak ukurnya dari angka partisipasi. 2. Langkah kedua, menghilangkan ketidakmerataan dalam akses pendidikan, seperti ketidakmerataan di desa dan kota, serta jender. 3. Langkah ketiga, meningkatkan mutu pendidikan dengan meningkatkan kualifikasi guru dan dosen, serta meningkatkan nilai rata-rata kelulusan dalam ujian nasional. 4. Langkah keempat, pemerintah akan menambah jumlah jenis pendidikan di bidang kompetensi atau profesi sekolah kejuruan. Untuk menyiapkan tenaga siap pakai yang dibutuhkan. 5. Langkah kelima, pemerintah berencana membangun infrastruktur seperti menambah jumlah komputer dan perpustakaan di sekolah-sekolah. 6. Langkah keenam, pemerintah juga meningkatkan anggaran pendidikan. Untuk tahun ini dianggarkan Rp 44 triliun. 7. Langkah ketujuh, adalah penggunaan teknologi informasi dalam aplikasi pendidikan. 8. Langkah terakhir, pembiayaan bagi masyarakat miskin untuk bisa menikmati fasilitas penddikan. BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Pendidikan Indonesia dapat berjalan dengan lancar jika kerja sama antara unsur-unsur pendidikan berlangsung secara harmonis. Pengawasan yang dilakukan pemerintah dan pihak-pihak pendidikan terhadap masalah anggaran pendidikan akan dapat menekan jumlah korupsi dana di dalam dunia pendidikan. B. SARAN 1. Perlu dilakukan perubahan yang lebih mengarah pada kurikulum berbasis kompetensi, serta lebih adaptif terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta kebutuhan masyarakat pada saat ini. 2. Perlunya ditingkatkan kualitas pendidik dalam usaha peningkatan mutu pendidikan. hal ini dapat dilakukan dengan meggunakan metoda baru dalam pelaksanaan pembelajaran. 3. Peran sekolah, guru, pemerintah sanganlah penting dalam mengatasi berbagai permasalahan pendidikan di indonesia. DAFTAR PUSTAKA Abidin, Zainal. 2007. Problematika Pendidikan Dewasa Ini. (Online), (http://cafelib.blogspot.com/2007/03/problematika-pendidikan-dewasa-ini.html, diakses pada tanggal 10 Desember 2012) Munib, Achmad. 2009. Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang: Unnes Press Pidarta, Prof. Dr. Made. 2004. Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta Santoso, Slamet Iman. 1980. Laporan Komisi Pembaharuan Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdikbud Tirtarahardja, Umar dan S.L. La Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta